ANALIS MARKET (12/4/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, setelah penurunan beberapa hari, pasar obligasi tampaknya mulai terkonsolidasi di dekat level support. Namun penurunan ini masih bisa terjadi, karena ruang penurunan tersebut masih sangat besar.
Sejauh ini capital inflow masih mencatatkan sisi yang positif sejak awal tahun, adanya capital outflow akhir-akhir ini merupakan sesuatu yang wajar, apalagi sudah mulai mendekati pemilu, sehingga cukup banyak pihak yang menahan diri.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (12/4/2019) pagi ini, pasar obligasi masih diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas.
Keterbatasan ini didukung oleh pernyataan Bank Indonesia yang siap untuk mengintervensi apabila adanya arus capital outflow dalam jumlah besar, sehingga para pelaku pasar dan investor dapat lebih tenang karena tingkat volatilitas akan berkurang.
“Tanpa di intervensi pun sebenarnya imbal hasil obligasi saat ini dapat dikatakan cukup rendah, namun tampaknya Bank Indonesia tidak ingin kehilangan momentum penurunan imbal hasil yang sudah dapat dikatakan rendah saat ini. Sentimen pagi ini datang dari perang tariff,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (12/4/2019).
Sementara itu, setelah sebelumnya, Mexico, Canada, China, pada akhirnya giliran Jepang telah tiba untuk melakukan pembicaraan mengenai perdagangan bilateral dengan Presiden Trump.
Tampaknya Trump ingin “sikat” semua Negara yang memiliki neraca perdagangan yang deficit dengan Amerika.
Pembicaraan ini di mulai pekan depan di Washington. Perdana Menteri Shinzo Abe terlihat putus asa untuk menghindari tarif, sementara itu Presiden Trumph ingin membuka pasar pertanian Jepang dan mengurangi deficit perdagangan sebesar $60 miliar.
Namun jangan disangka Jepang akan menyerah begitu saja kawan kawan. Abe bertekad untuk memberikan Amerika kesepakatan dua arah yang lebih baik daripada perjanjian pakta multilateral yang di negosiasikan sebelumnya dengan Negara Negara Eropa dan Asia Pacific.
Amerikalah yang meminta negosiasi bilateral ini, jadi Amerika yang harus memberikan kepada kita apa yang mereka ingingkan, daripada kita menawarkan ini dan itu tapi mereka belum memintanya.
Beralih dari sana, Pejabat The Fed menjabarkan bahwa ada rintangan yang tinggi untuk menaikkan tingkat suku bunga sementara inflasi terus berada di bawah 2%. Fokus The Fed saat ini adalah untuk menjaga inflasi berada di kisaran 2% atau mungkin di atasnya. Hal ini didukung oleh beberapa Pejabat The Fed lainnya yang ingin berfokus terhadap inflasi.
Pejabat The Fed juga memperkirakan tidak ada kenaikkan tahun ini, dan mungkin hanya 1x kenaikkan pada bulan 2020 nanti. Itupun apabila inflasi bisa konsisten berada di atas 2%.
“Kami melihat tampaknya ketidakpastian ekonomi global terus bertambah seiring dengan keinginan Presiden Trump untuk terus melaju dengan ancaman tarif sebagai dasar dari negosiasi. Hal ini pula yang dikhawatirkan sedari awal, apabila negosiasi dengan China berjalan dengan baik, maka selanjutnya adalah apakah Trump sudah puas dengan negosiasi tersebut atau keberhasilan negosiasi tersebut membuat Trump semakin yakin bahwa kemenangan negosiasinya berdasarkan ancaman tarif. Kami merekomendasikan jual hari ini,” ungkap analis Pilarmas.

