Volume SUN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp13,28 Triliun dari 50 Seri
Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Senin (01/4/2019) mengungkapkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan hari Jumat, tanggal 29 Maret 2019, mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp13,28 triliun dari 50 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.
Adapun Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,49 triliun dari 96 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0079 senilai Rp1,37 triliun dari 94 kali transaksi.
Sementara itu, untuk perdagangan Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp420 miliar dari 10 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS0013 sebesar Rp135,00 dari 4 kali transaksi.
Sementara itu, volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp941 miliar dari 45 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Adapun untuk Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VII Tahun 2019 Seri A (SMFP04ACN7) menjadi obligasi koporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp140,00 miliar dari 4 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan III Bank OCBC NISP tahap I Tahun 2019 Seri A (NISP03ACN1) senilai Rp106,00 miliar dari 3 kali perdagangan.
Selanjunya, untuk obligasi korporasi dengan volume Rp66,00 miliar dari 2 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap II Tahun 2018 Seri B (WSKT03BCN2).
Disisi lain, pada perdagangan di akhir bulan kemarin pada tanggal 29 Maret 2019, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami perubahan yang cukup fluktuatif pada awal sesi perdagangan dimana sempat melemah sebanyak 2 kali kemudian ditutup dengan kondisi menguat.
Adapun penutupan perdagangan kemarin Rupiah menguat terbatas sebesar 3 pts (0,01%) di level 14241 dan bergerak pada kisaran 14233 hingga 14248 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami penguatan di tengah mayoritas penguatan mata uang regional.
Mata uang Peso Filipina (PHP) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,48% yang diikuti oleh mata uang Renminbi China (CNY) sebear 0,33% dan mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,24%.
Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati mata uang Yen Jen Jepang (JPY) yang melemah sebesar 0,15% diiringi dengan pelemahan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,06% terhadap mata uang Dollar Amerika.
Adapun Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami penguatan pada level 2,407% yang diikuti dengan US Treasury bertenor 30 tahun yang ikut mengalami kenaikan di level 2,817%.
Penguatan imbal hasil US Treasury terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang mengalami penguatan, dimana indeks NASDAQ ditutup menguat di level 7729,32 begitu juga untuk indeks DJIA juga turut mengalami kenaikan di level 25298,68.
Sementara itu untuk tingkat imbal hasil obligasi Inggris (Gilt) keseluruhan tenornya mengalami penurunan baik pada tenor 5, 10 dan 30 tahun, masing-masing sebesar 0,752%; 0,997%; dan 1,554%.
Sedangkan untuk obligasi Jerman (Bund) mengalami kenaikan untuk semua tenor acuannya baik itu bertenor 10, 20, dan 30 tahun masing-masing sebesar -0,068%; 0,279%; 0,574%.

