ANALIS MARKET (26/3/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada akhirnya obligasi kembali mengalami penurunan setelah beberapa hari sebelumnya telah mengalami kenaikkan yang cukup signifikan.

Sebelum penurunan yang cukup dalam yang telah kami prediksikan, kami juga telah merekomendasikan untuk Sell on Strength. Tentu hal ini akan menjadi modal yang bagus untuk bersiap untuk membeli obligasi di harga terendah.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (26/3/2019) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas akibat adanya lelang yang diadakan Pemerintah hari ini.

Imbal hasil obligasi dalam negeri masih akan terus mengalami kenaikkan, meskipun imbal hasil US Treasury 10y sedang mengalami penurunan bukan berarti imbal hasil 10y Indonesia juga akan mengalami penurunan.

Spread paritas masih terlihat di jaga di atas 5%, dan saat ini spread antara kedua obligasi tersebut berada di 5.25%, yang dimana rata-rata spread imbal hasil kedua negara tersebut adalah 5.36% sejak dari 5 tahun yang lalu. Ini artinya pasar obligasi dalam negeri masih berpotensi untuk mengalami kenaikkan imbal hasil untuk menyesuaikan dengan spread rata rata tersebut.

Penyesuaikan spread tersebut memberikan potensi kenaikkan imbal hasil obligasi Indonesia 10y dari saat ini 7.65% menjadi 7.75%. Sehingga secara pergerakan perubahan harga, mungkin akan berbeda antara obligasi dalam Negeri dengan US Treasury yang berdurasi 10y.

Ditambahkan, memang benar issue yang sedang hangat saat ini adalah Inverted yield US Treasury. Khususnya ketika obligasi jangka pendek memberikan imbal hasil yang lebih besar ketimbang obligasi jangka Panjang.

Namun sebagai catatan, Inverted yield ini sebetulnya terlihat sudah sejak dari awal tahun, meskipun spread antara US Treasury 3M dengan US T 10y masih belum terlalu kentara, tapi sudah memperlihatkan ke arah sana. Kalaupun memang ada potensi bahwa Ekonomi Amerika akan mengalami resesi, biasanya hal itu terjadi 18 bulan mendatang, jadi masih ada waktu sebetulnya untuk mempersiapkan diri menghadapi hal tersebut.

Selain itu, apabila kita menilik data US Markit Manufacturing, Services, dan Composite memang mengalami penurunan, namun masih berada di atas 50.

“Jadi sebetulnya secara jangka waktu beberapa bulan ke depan, hal ini masih dapat dikatakan cukup baik. Berbeda dengan Eropa yang dimana data Markit Manufacturingnya sudah berada di bawah 50, dan masih terus mengalami penurunan. Sehingga boleh dikatakan perekonomian Amerika masih lebih baik untuk saat ini,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (26/3/2019).

Ditambahkan, Inverted yield juga mendorong potensi tidak adanya kenaikkan Fed Rate, justru mendorong The Fed untuk menurunkan tingkat suku bunganya agar dapat memberikan stimulus perekonomian.

Tentu disatu sisi, ini merupakan sesuatu yang sangat baik karena akan memberikan potensi tingkat suku bunga Bank Indonesia juga mengalami penurunan pada semester 2 nanti.

Memang berat potensi resesi di Amerika, namun tentu akan selalu ada hal yang baik juga dibalik itu semua. Lagipula penurunan ekonomi Amerika juga disebabkan oleh berbagai factor, perang dagang merupakan sesuatu yang memberikan dampak secara langsung.

Menariknya, meskipun Amerika mengenakan tarif yang besar kepada barang China, defisitnya perdagangan Amerika - China bukan malah berkurang justru malah kian dalam, meskipun akhir akhir ini mengalami perbaikan meskipun tidak banyak.

“Kami merekomendasikan jual hari ini,” jelas analis Pilarmas.