Volume SBN Diperdagangan Senin Kemarin Senilai Rp14,35 Triliun dari 44 Seri
Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Selasa (12/3/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yakni senilai Rp14,35 triliun dari 44 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan.
Adapun untuk volume perdagangan Surat Utang Negara dengan volume tertinggi didapati pada seri FR0068 sebesar Rp2,29 triliun dari 31 kali transaksi dan kemudian dilanjutkan dengan Surat Utang Negara dengan seri FR0078 dan FR0063 masing-masing sebesar Rp1,98 triliun dari 45 kali perdagangan dan Rp1,35 triliun dari 20 kali transaksi.
Adapun untuk perdagangan Sukuk Negara, volume Project Based Sukuk terbesar didapati pada seri PBS014 senilai Rp320,21 miliar dari 13 kali transaksi dan diiringi oleh volume Sukuk Negara Ritel seri SR009 senilai Rp224,88 miliar untuk 51 kali transaksi.
Riset fixed income MNC Securities juga menyebutkan, pada perdagangan awal pekan kemarin (11/3), volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan lebih kecil dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp969,25 miliar dari 49 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan terbesar didapati pada seri Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap I Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN1) senilai Rp110,00 miliar dari 4 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan surat utang korporasi seri Obligasi Berkelanjutan III FIF Tahap III Tahun 2018 Seri B (FIFA03BCN3) dan seri Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) masing-masing senilai Rp100,00 miliar dari 4 kali transaksi dan Rp74,00 miliar untuk 3 kali transaksi.
Adapun, selanjutnya didapati seri Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap I Tahun 2017 Seri A (BNII02ACN1) dengan volume perdagangan sebesar Rp70,00 miliar untuk 4 kali transaksi.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami penguatan sebesar 24 pts (1,55%) di level 14291,00 per Dollar Amerika.
Pergerakan nilai tukar Rupiah pada awal perdagangan mengalami pelemahan kemudian bergerak mengalami penguatan terhadap mata uang Dollar Amerika hingga akhir sesi perdagangan.
Penguatan nilai tukar Rupiah tersebut bergerak pada kisaran 14276 hingga 14339 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut menguat ditengah pergerakan mata uang regional yang beragam.
Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,37% dan kemudian diiringi dengan penguatan mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) masing-masing sebesar 0,22% dan 0,17%.
Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan paling tinggi didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,06% kemudian diikuti dengan nilai tukar mata uang Renminbi China (CNY), mata uang Dollar Singapura (SGD), mata uang Dollar Taiwan (TWD) yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika masing-masing sebesar 0,04%, 0,04%, dan 0,02%.
Disisi lain, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup mengalami penguatan masing-masing sebesar 1,8 bps dan 1 bps yang berada pada level 2,659% dan 3,041%.
Kenaikan US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang bergerak mengalami kenaikan.
Indeks NASDAQ ditutup menguat sebesar 202 bps sehingga berada pada level 7558,06 dan untuk indeks DJIA juga ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 79 bps sehingga berada pada level 25650,88.
Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) ditutup dengan mengalami pelemahan di semua tenor. Adapun surat utang inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan masing-masing di level 1,178% dan 1,687%.
Namun, untuk obligasi Jerman (Bund) ditutup dengan mengalami kenaikan di semua tenornya, baik dengan tenor 10 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun sehingga masing-masing berada di level 0,071%, 0,444%, dan 0,73%.

