Volume SUN Diperdagangan Kamis Kemarin Senilai Rp12,65 Triliun dari 34 Seri
Pasardana.id – Riset harian MNC Securities yang dirilis Jumat (15/2/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (14/2), mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp12,65 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.
Adapun Surat Utang Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,05 triliun dari 45 kali transaksi di harga rata - rata 101,43% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0070 senilai Rp1,34 triliun dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 102,07%.
Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp119,91 miliar dari 11 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp20,00 miliar untuk 3 kali transaksi.
Lebih lanjut, riset juga mengungkapkan, volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,12 dari 45 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan.
Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap V Tahun 2017 Seri A (BEXI03ACN5) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp310,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,72% dan diikuti oleh Obligasi PLN VIII Tahun 2006 Seri B (PPLN08B) senilai Rp132,00 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata-rata 111,18%.
Selanjutnya, untuk obligasi dengan volume 107,00 dari 5 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap I Tahun 2016 Seri C (BEXI03CCN1).
Sementara itu, pada perdagangan kemarin (14/2), nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami koreksi sebesar 33 pts (0,23%) di level 14090,00 per Dollar Amerika.
Pergerakan nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14068,00 hingga 14095,00 per Dollar Amerika.
Adapun Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan seiring dengan nilai tukar mata uang regional yang melemah terhadap mata uang Dollar Amerika.
Mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,49% kemudian diikuti dengan nilai tukar mata uang Rupee India (INR) yang mengalami koreksi sebesar 0,46%.
Selanjutnya, mata uang yang mengalami pelemahan yaitu mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,31% terhadap Dollar Amerika.
Namun, terdapat dua mata uang regional yang menguat terhadap Dollar Amerika, yaitu Dollar Singapura (SGD) dan mata uang Dollar Hongkong (HKD) yang mengalami penguatan masing-masing sebesar 0,10% dan 0,01%.
Sementara itu, Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami pelemahan sebesar 179 bps pada level 2,65%. Hal ini seiring dengan yang terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang juga mengalami pelemahan sebesar 111 bps sehingga berada pada level 3,00%.
Pelemahan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami perubahan arah yang bervariasi, dimana indeks NASDAQ ditutup menguat terbatas sebesar 9 bps sehingga berada pada level 7426,96 sedangkan untuk indeks DJIA mengalami pelemahan sebesar 41 bps sehingga berada pada level 25439,39.
Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan tenor 30 tahun ditutup dengan mengalami koreksi masing-masing di level 1,145% dan 1,668%.
Adapun untuk obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun dan 30 tahun juga ikut mengalami kenaikan terbatas masing-masing di level 0,102% dan 0,715%.

