ANALIS MARKET (16/12/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Bervariasi dengan Rentang Pergerakan Harga di Kisaran 50 – 65 Bps

Foto : Ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali mengalami pelemahan melanjutkan pelemahan yang sudah berlangsung selama 5 hari atau 1 minggu.

Sejauh ini pasar obligasi masih diperkirakan akan terus melemah, namun tidak lama lagi akan tiba di batas bawah.

Dibatas bawahlah ini diharapkan bahwa pasar obligasi akan mengalami rebound, sehingga kami melihat bahwa pasar obligasi masih berpotensi untuk mengalami kenaikkan hingga akhir tahun.

Hal ini pun didukung oleh kenaikkan capital inflow, meskipun pelan, tapi pasti capital inflow terus kembali ke pasar obligasi.

Hal ini lah yang akan menguatkan pasar obligasi untuk bisa bertahan. Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (16/12) pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariasi dengan potensi melemah dan menguat, dengan rentang pergerakan harga akan berada di 50 – 65 bps.

Adapun fokus utamanya pagi ini akan kita awali dari;

1.US & CHINA SEPAKAT

Amerika dan China pada akhirnya menyepakati teks kesepakatan perdagangan fase pertama yang mencakup penghapusan tarif barang barang dari China secara bertahap. Wang Shouwen, Wakil Menteri Perdagangan mengatakan bahwa beberapa pungutan tarif akan mulai dikurangi dan pembicaraan mengenai fase kedua akan segera dimulai. Disatu sisi, China akan mulai meningkatkan impor dari Amerika dan Negara Negara lain. Komentar ini merupakan salah satu komentar pertama China dari kesepakatan yang telah ditandatangani oleh Trump pada hari Kamis kemarin, yang dimana bertujuan untuk menghentikan tarif yang akan naik pada tanggal 15 December. Trump pun mengungkapkan kegembiraaanya melalui jempol saktinya yang mengatakan, Amerika telah menyetujui kesepakatan tahap pertama yang sangat besar dengan China. Mereka telah setuju untuk melakukan banyak perubahan, mulai dari structural, pembelian produk pertanian, energi, barang barang manufaktur, dan masih banyak lagi. Sejauh ini tarif 25% akan tetap sama seperti sekarang, dengan tambahan 7.5% akan dikenakan kepada sisanya. Dengan mempertahankan tarif yang sudah ada, Trump tetap saja menginginkan posisi daya tawar pada saat diskusi untuk kesepakatan fase ke dua nanti, dan untuk mempertahankannya itulah makanya Trump tidak akan mengubah tarif yang sudah ada. Kesepakatan tahap ke 2 nanti, mungkin saja menanti pemilihan 2020 untuk langkah berikutnya, namun apabila Amerika dan China bisa memulai lebih dulu, tentu hal itu tidak masalah. Teks kesepakatan yang terdiri dari 9 bab berisikan tentang kekayaan intelektual, transfer teknologi, makanan dan produk pertanian, keuangan, mata uang dan transaparansi, meningkatkan transaksi perdagangan, penilaian bilateral, dan penyelesaian sengketa. Bagi China hal ini merupakan kemenangan kecil untuk Presiden Xi Jinping, selain tidak menyerah pada tekanan pihak luar, Presiden Xi juga langsung mengimplementasikan perjanjian tersebut. Pertanyaannya adalah, selanjutnya bagaimana? Selanjutnya Robert Lightizer berharap bahwa perjanjian setebal 86 halaman tersebut dapat segera di tanda tangani oleh Liu He pada awal Januari di Washington. Pengacara keduanya akan meninjau perjanjian tersebut sebelum memulai penandatangan, dan Robert berharap bahwa dalam kurun waktu 30 hari, Amerika dan China sudah sign agreement. Menteri Luar Negeri China Wangi Yi mengatakan bahwa kesepakatan itu akan secara bertahap dapat membantu memulihkan hubungan ekonomi dan perdagangan antara Amerika dan China, memberikan kepercayaan pada ekonomi dunia, dan tentu saja memberikan stabilitas pada tatanan perdagangan global. Wang juga menambahkan bahwa kesepakatan fase tahap pertama dengan Amerika tidak akan mempengaruhi minat orang lain karena Perusahaan akan mulai meningkatkan impor produk dan layanan mereka dari Amerika dan Negara lain. Sejauh ini kami melihat bahwa kesepakatan itu merupakan sebuah langkah maju yang sangat penting, melampui pembelian pertanian dan komitmen yang sangat berarti di dalamnya. Di bidang pertanian, China telah membuat komitmen untuk melakukan pembelian setidaknya tambahan senilai $16 miliar per tahun, diatas tingkat pra perdagangan yang saat saat ini berada di $24 miliar, dan terus akan berusaha untuk meningkatkan pembelian sebanyak $50 miliar pertahun. Wakil Ketua Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China, Ning Jizhe menyampaikan bahwa peningkatan pembelian produk pertanian akan mematuhi peraturan Organisasi Perdagangan Dunia. Trump pada pada hari Jumat kemarin bahwa negosiasi tahap kedua akan segera dimulai. China ingin menurunkan tarif dan Amerika setuju akan akan itu Oleh sebab itu kami melihat bahwa pekan ini akan menjadi pekan yang cukup baik bagi pasar, karena ada booster positif didalamnya. Oleh sebab itu, baik saham maupun obligasi harusnya pekan ini kembali bergerak positif.

2.ADA APA DENGAN MINGGU INI?

Sentimen local akan kita nantikan adalah data mengenai exports dan imports, yang akan memberikan pengaruh terhadap trade balance kita yang akan keluar datanya hari ini. Sejauh ini menurut proyeksi kami, trade balance masih akan mengalami deficit. Tidak hanya itu saja, pasar juga menanti pertemuan RDGI yang akan berlangsung pekan ini. Meskipun secara tingkat suku bunga tetap, namun kami melihat bahwa pandangan Bank Indonesia terkait dengan The Fed yang tidak mengubah tingkat suku bunganya akan menjadi sorotan tersendiri, karena biar bagaimanapun, kebijakan Bank Indonesia juga mempertimbangkan arah dari tingkat suku bunga The Fed yang dimana tidak akan mengubah tingkat suku bunganya. Tentu hal ini akan menjadi perhatian Bank Indonesia karena sejauh ini Bank Indonesia masih menginginkan pemangkasan kembali pada tahun depan. Beralih ke global kita akan menantikan data mengenai PMI Composite, Services, dan Manufacturing yang akan keluar, baik dari Amerika, Eropa, dan tentu saja Jepang. Tidak hanya itu saja, khusus dari Amerika, data dari GDP Annualized juga akan dinanti, apakah kenaikkan GDP Amerika yang di 2.1% akan konsisten atau tidak. Tidak hanya itu saja, inflasi dari Eropa juga merupakan salah satu yang akan dinanti. Karena inflasi Eropa inilah yang membuat Bank Sentral Eropa memberikan Quantitative Easing tahap 2 tanpa jangka waktu tertentu. Bergeser dari Eropa, data yang akan ditunggu berikutnya adalah Industrial production dan Retail Sales dari China yang sebelumnya terus mengalami pelemahan. Kita juga tentu menanti data dari Bank Sentral Japan yang akan melakukan pertemuan pada tanggal 19 December nanti. Kami melihat hal ini akan menjadi hal yang dinanti setelah GDP Jepang turun secara cepat beberapa waktu yang lalu. Oleh sebab itu, kami berharap bahwa Bank of Japan dapat memberikan stimulus kembali kepada perekonomiannya.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini karena sentiment positif masih hadir yang didukung oleh capital inflow. Namun apabila penurunan terus berlanjut lebih dari 60 bps, jual masih menjadi pilihan yang cukup baik saat ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (16/12/2019).