ANALIS MARKET (10/12/2019) : IHSG Berpeluang Bergerak Bervariasi dengan Potensi Melemah
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Senin 9/12/2019 kemarin, IHSG ditutup menguat 6 poin atau 0,11% menjadi 6.193 . Sektor properti dan agrikultur bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan HSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 56.2 milyar rupiah.
Cerita hari ini akan kita awali dari;
1.AMERIKA DAN CHINA, 2 RASA 1 CINTA
Sekretaris Pertanian Sonny Perdue mengatakan kemarin bahwa Amerika tidak akan mungkin mengenakan tarif tambahan pada barang barang dari China senilai $160 miliar termasuk pada mainan dan smartphone yang akan dikenakan pada hari Minggu nanti. Semakin mendekati batas waktu 15 December, tingkat volatilitas di pasar semakin tinggi. Selain terfokus terhadap diskusi bersama China yang masih dilakukan, Pemerintahan Trump juga berusaha untuk mencapai kesepakatan dengan Partai Demokrat untuk NAFTA yang baru untuk dapat melewati congress. Sonny juga memberikan peneguhan kepada kita semua bahwa, dirinya yakin bahwa meskipun kita memiliki deadline pada tanggal 15 December, namun Sonny percaya bahwa kenaikkan tarif tersebut tidak akan dilaksanakan dan Sonny melihat bahwa kenaikkan tarif tersebut justru berpotensi untuk mundur. Negosiator Amerika dan China telah menginsyaratkan bahwa mereka terus semakin dekat dengan kesepakatan yang lebih luas dalam menyelesaikan kesepakatan perdagangan khususnya dengan pihak pihak yang dimana selalu menegosiasikan masalah ini sepanjang waktu. Sejauh ini secara procedural, Kementrian Keuangan China telah memproses penghapusan tarif pembalasan pada impor daging babi dan kedelai dari Amerika. Dan ini dimaksudkan oleh China untuk memberikan signal bahwa China menghormati kesepakatan ini dan berusaha agar kesepakatan ini dapat tercapai. Gerakan Pemerintah China untuk menghapus merupakan salah satu inisitiatif yang bagus sekali agar Trump setidaknya dapat menahan kenaikkan tarif terhadap barang barang China apabila hingga pada tanggal 15 December masih belum mengalami kesepakatan. Otoritas China ingin pembicaraan perdagangan segera membuahkan hasil, hal ini disampaikan oleh Asisten Menteri Perdagangan Ren Hongbin kepada wartawan di Beijing. Dia juga menyampaikan bahwa kita semua berharap bahwa kedua belah pihak akan terus bernegosiasi dan berdiskusi sesuai dengan prinsip prinsip kesetaraan dan saling menghormati, mempertimbangkan semua permasalahan yang ada, dan mencapai hasil yang memuaskan sesegera mungkin. Hal ini wajar saja mengingat bahwa China telah cukup banyak berdiam diri untuk apa yang dilakukan oleh Amerika. Mulai dari Undang Undang HAM dan Demokrasi untuk Hongkong, hingga Undang Undang Xinjiang. Hati boleh panas, tapi tangan tetap hangat, yang penting kesepakatan di dapat. Sejauh mana China berkorban dan mampu mentoleransi untuk apa yang dilakukan oleh Amerika? Sejauh itu pula pengorbanan China terhadap Amerika untuk mendapatkan sebuah kesepakatan yang diperlukan untuk membantu perekonomiannya. Semua akan dipertaruhan pekan ini, secara efektif transaksi dan moment pun akan terlihat pekan ini untuk memutuskan akan kemana pergerakan market pekan depan. Lagi lagi pertanyaannya sederhana. Apakah akan realisasikan keuntungan pekan ini ataukah bersiap untuk membeli ketika semua terkoreksi untuk pekan depan?
2.PEMILU INGGRIS
Inggris tengah memasuki hitungan mundur untuk mengadakan pemilihan, yang dimana warga Inggris akan memutuskan dan menunggu untuk mengetahui siapa yang akan mengendalikan Brexit dari Uni Eropa, sebuah peristiwa yang akan menentukan kisah hidup Inggris selanjutnya dalam beberapa decade mendatang. Sejauh ini Perdana Menteri Boris Johnson tetap menjadi yang terfavorit untuk dapat memenangi pemlihan tersebut pada hari Kamis nanti. Johnson kemarin mengatakan bahwa dirinya gugup mengenai jajak pendapat yang mulai menyempit, dirinya dan Partai Konservatif terus berjuang untuk mendapatkan setiap suaranya. Sejauh ini Partai Konservatif masih memimpin sekitar 15 point dari saingannya Partai Buruh. Britain Elects menyebutkan bahwa Partai Konservatif berkisar 42.9%, dan Partai Buruh berkisar 33%. Demokrat Liberal 12.6%, Partai Brexit dan Green berada di sekitar 3%. Johnson juga akan berjuang untuk mendapatkan kembali mayoritasnya di Parlement sebanyak 650 kursi dalam pemilihan kali ini untuk memenangkan proses Brexit agar tidak mengulang kesalahan yang sama seperti yang terjadi pada May yang sebelumnya telah ditolak 3x oleh parlement. Sejauh ini kesepakatan kian menjadi sulit, Brexit sendiri belum sepenuhnya diratifikasi oleh anggota parlement Inggris. Oleh sebab itu Uni Eropa lagi lagi untuk kesekian kalinya memberikan tenggat waktu kepada Inggris untuk keluar hingga 31 January 2020. Inggris tetap harus keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan karena kalau tidak tentu akan memberikan potensi terhadap perekonomian Uni Eropa dan Inggris. Brexit dengan kesepakatan selalu jauh lebih baik, dan marilah kita berharap bahwa itu akan terjadi.
3.INFLASI CHINA
China Inflation Rate menjadi fokus pelaku pasar keuangan. Menguatnya inflasi China sejak awal tahun 2019 memberikan kecemasan terhadap ekonom dimana pertumbuhan GDP lebih rendah dari pada pertumbuhan inflasi. Kebijakan moneter mengalami permasalahan untuk menumbuhkan perekonomian riil dimana penyaluran kredit juga melemah sejak awal tahun dan mencatatkan nilai terendah sejak 2017. Kenaikan dari harga daging babi menjadi penyebab naiknya inflasi di China. Hingga saat ini PBOC masih konsisten terhadap kebijakan yang dianggap sejauh ini masiih terkendali. Menurut consensus yang dihimpun oleh Tradingeconomics Inflasi China diproyeksikan menguat dari 3.8% menjadi 4.3% YoY. Sehingga kami melihat apabila proyeksi tersebut sesuai maka PBOC perlu mempertimbangkan adanya penurunan suku bunga guna menopang pertumbuhan dari riil sektor.
4.OMNIBUS BUS LAW #ANTIGALAW
Kementerian Koordinator bidang Perekonomian akan memfinalisasi draf Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja dan RUU Omnibus Law Perpajakan. Pemerintah akan kembali menyerahkan draft RUU omnibus law sebelum DPR memasuki masa reses pada 12 Desember diharapkan akan bisa mendongkrak investasi dalam negeri. Kami mencermati rencana pemerintah untuk menerbitkan Omnimbus Law dalam mengatasi permasalahan peraturan UU sepertinya tidak mudah. Namun apabila dapat diselesaikan, penerbitan Omimbus Law tersebut dinilai dapat menstandarisasi pasal – pasal yang saat ini dianggap bermasalah dari sekitar 71 – 74 UU sectoral dan diharapkan juga dapat menjadi solusi guna proses kodifikasi hUkum atas isu isu besar pada masa mendatang. Sekedar informasi, konsep Omnimbus Law sendiri sudah cukup sukses dilaksanakan pada negara – negara dengan system hukum Anglo-Saxon seperti Amerika, Kanada, Irlandia dan Singapura. Konsep tersebut juga sering digunakan untuk mengubah, mencabut dan meratifikasi beberapa UU sekaligus melalui suatu UU paying. Di Indonesia sendiri konsep ini sebenarnya sudah pernah diimplementasikan dengan prosedur yang sudah diatur dalam UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Sebagai contoh, UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang secara langsung mencabut sejumlah UU tentang pemilu dan pembentukan UU No 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan yang sekaligus merevisi beberapa ketentuan dalam UU Perbankan, UU Bank Indonesia dan UU Otoritas Jasa Keuangan. Namun konsep Omnibus Law yang diusung Presiden Jokowi pada pidato pelantikannya 20 Oktober 2019 memang akan jauh lebih luas.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang untuk bergerak bervariasi dengan potensi melemah dan akan ditradingkan pada level 6.140 – 6.208. Menguatnya IHSG sejak 1 pekan terakhir membawa IHSG ke dalam area jenuh beli, sehingga kami melihat risiko profit taking dalam jangka waktu pendek dapat saja terjadi,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (10/12/2019).

