ANALIS MARKET (21/11/2019) : Pasar Obligasi Masih Akan Mengalami Penurunan Yield
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi pada akhirnya kembali mengalami pelemahan ditengah tengah tingginya sentiment global.
Meskipun secara jangka menengah hingga panjang, pasar obligasi masih mengalami penurunan yield, namun secara jangka pendek, ada potensi yang cukup besar bagi imbal hasil obligasi untuk mengalami kenaikkan terlebih dahulu.
Pasar obligasi sejauh ini masih mencatatkan capital inflow yang positif, meskipun dalam kurun waktu beberapa hari terakhir, ada terjadi capital outflow, tapi tidak banyak, masih dalam batas wajar.
Fokus utamanya saat ini adalah para pelaku pasar dan investor harus bisa mengikuti volatilitas tersebut, agar dapat tetap mengambil keuntungan didalam situasi dan kondisi apapun.
Adapun sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar di pagi hari ini akan kita awali dari;
1.RISALAH FOMC MINUTES MEETING
Dalam risalah yang keluar dini hari tadi, Pejabat The Fed menekankan bahwa resiko ekonomi di Amerika masih tetap tinggi, karena itu mereka sepakat untuk menahan tingkat suku bunga setelah pemotongan ketiga tahun ini. Banyak peserta dari The Fed yang melihat resiko penurunan pada prospek ekonomi telah meningkat yang dimana hal ini menggarisbawahi tentang penurunan tingkat suku bunga yang dilakukan terakhir kemarin. Secara khusus, The Fed melihat resiko terhadap prospek yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi global dan perdagangan international masih dipandang signifikan. Resiko perlambatan pertumbuhan global juga semakin membebani ekonomi Amerika. The Fed menurunkan tingkat suku bunga sebanyak 25 bps kemarin yang dimana pada konfrensi persnya, apabila kita masih mengingatnya, mengatakan bahwa kebijakan moneter telah berada di tempat yang baik. Sebagian peserta The Fed kemarin menunjukkan bahwa kebijakan telah dikalibrasi dengan baik setelah pemotongan pada tanggal 30 October kemarin, dan kemungkinan akan tetap begitu selama informasi yang masuk tentang ekonomi tidak menghasilkan penilaian atau peninjauan kembali dari data ekonomi mengenai prospek ekonomi. Pada pertemuan itu pun, beberapa peserta mengatakan bahwa komite harus memperkuat pernyataannya terkait dengan penurunan tingkat suku bunga yang tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat kecuali informasi yang masuk konsisten dengan perlambatan dalam laju kegiatan ekonomi. Dalam risalahnya The Fed juga menyampaikan mereka terus membahas tinjauan berkelanjutan atas strategi dan alat kebijakan yang mereka gunakan, termasuk pemeriksaan tingkat suku bunga negative yang telah digunakan di Jepang dan Eropa, namun bagi The Fed hal ini terus dijauhi meksipun ketika berada dalam krisis keuangan. Semua peserta menilai bahwa tingkat suku bunga negative saat ini belum menjadi alat kebijakan moneter yang menarik di Amerika. Kami melihat bahwa hal ini sesuai yang disampaikan oleh The Fed sebelumnya yang mana, mereka akan terus membuat keputusan berdasarkan setiap ada data ekonomi yang masuk.
2.SENAT DAN DPR AMERIKA MENYETUJUI RUU HAM & DEMOKRASI HONGKONG
Senat di Amerika pada akhirnya mengeluarkan undang undang pada hari Selasa kemarin yang bertujuan untuk melindungi Hak Asasi Manusia di Hongkong ditengah tindakan keras terhadap pergerakan protes prodemokrasi yang telah terjadi di China selama berbulan bulan. Setelah pemungutan suara oleh para Senator usai, selanjutnya akan diserahkan kepada DPR. Kedua bagian ini, baik Senat maupun DPR harus mengerjakan beberapa perbedaan sebelum undang undang tersebut dikirimkan kepada Trump sebagai bahan pertimbangan. Undang undang yang kedua adalah bahwa Senat dengan suara bulat akan melarang ekspor amunisi pengontrol massa kepada pasukan polisi di Hongkong. Ekspor ini mencakup gas air mata, semprotan merica, peluru karet, dan senjata bius. Dibawah RUU Senat yang pertama tadi, Mike Pompeo menyatakan bahwa setidaknya sekali dalam setahun, Hongkong harus mempertahankan otonomi yang cukup untuk memenuhi syarat sebagai pertimbangan perdagangan khusus dengan Amerika. Hal ini juga termasuk dengan memberikan sanksi terhadap pejabat yang bertanggungjawab atas pelanggaran HAM di Hongkong. Yang menohok adalah pernyataan dari Chuck Schumer sebagai salah satu pemimpin di Partai Demokrat bahwa ia telah mengirimkan pesan kepada Presiden Xi Jinping, bahwa penindasan yang anda lakukan terhadap kebebasan, baik di Hongkong, dibarat laut China, maupun ditempat lain tidak akan berlaku. Anda tidak bisa menjadi pemimpin yang hebat, ketika Anda menentang kebebasan dan begitu brutal terhadap orang orang Hongkong. Seketika China langsung menyampaikan secara tegas bahwa China akan mengambil tindakan tegas untuk merespon hal ini, untuk menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan China. China juga mendesak agar Undang Undang tesebut tidak di sahkan menjadi Undang Undang, karena hal itu dapat membahayakan kepentingan China dan hubungan antara China dan Amerika. Dan tadi pagi pula, DPR telah meloloskan RUU HAM dan Demokrasi Hongkong. Dewan menyetujui langkah langkah yang bertujuan untuk melindungi Hak Asasi Manusia di Hongkong dengan margin 417 berbanding 1. Selanjutnya apa? Selanjutnya RUU ini akan meluncur ke meja Trump. Hal ini akan menjadi dilemma besar bagi Trump. Di satu sisi kesepakatan Amerika dan China ini sudah hampir jadi, disatu sisi yang lain Senat dan DPR telah setuju. Ada ada saja menurut kami ketika sebuah kesepakatan setiap hampir menjadi sebuah kesepakatan, seakan akan ada yang menghalangi kesepakatan tersebut. Entah memang apa adanya, atau memang sudah diatur sebelumnya. Karena bagi kami, hal ini bukanlah yang pertama kalinya ada upaya yang berusaha untuk mencegah kesepakatan tersebut terjadi. Cukup menarik apabila kita menanti jawaban dari Trump karena sejauh ini, Trump juga membutuhkan kesepakatan ini untuk membawa dia pada Pemilu 2020. Tiba tiba ada berita yang beredar dari Reuters bahwa ternyata kesepakatan antara Amerika dan China tidak akan terjadi tahun ini. Selain itu juga kabarnya bahwa Trump akan menandatangani undang undang tersebut. Hal ini sontak akan memberikan impact negative terhadap pasar. Oleh sebab itu hal ini akan mempengaruhi pergerakan pasar hari ini.
“Kami merekomendasikan wait and see hari ini, pergerakan pasar obligasi yang bergerak melebihi 45 bps, akan menjadi arah selanjutnya bagi pasar obligasi,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (21/11/2019).

