Resmi IPO, Digital Mediatama Maxima Targetkan Tambah Koneksi Clouds Hingga 9.000 Modern Trade

Pasardana.id - PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX), perusahaan rintisan (startup) di bidang pemasaran digital berbasis clouds, setelah sukses melakukan initial public offering (IPO) hari ini, berencana menambah koneksi digital clouds miliknya untuk mencapai target hingga 9.000 toko.
“Kami sudah ada 5.700 modern trade yang terkoneksi oleh clouds milik kami. Target kami, akhir tahun bisa bertambah 7.000 hingga 9.000 yang terkoneksi dengan sistem kami,” ujar Budiasto Kusuma, Chief Executive Officer Digital Mediatama Maxima di Jakarta, Senin (21/10).
Budiasto berharap, melalui layanan produk digital perseroan diharapkan dapat mengembangkan usaha ritel di Indonesia dan memberikan kesempatan bagi ritel seluas-luasnya agar dapat mengikuti perkembangan jaman teknologi digital ads.
Lebih lanjut dia membeberkan, perseroan saat ini tengah menjalin kerja sama dengan berbagai segmen seperti mini market, restoran cepat saji, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
"Klien kami di level besar antara lain Indomaret, Alfamart, KFC dan sebagainya," beber Budiasto.
Untuk level UMKM, lanjutnya, perseroan bekerja sama dengan Sampoerna Retail Community (SRC) dan sudah terinstal di 46 ribu warung dalam komunitas tersebut.
Sementara, produk dalam pelayanan digital advertising clouds, perseroan menyediakan alat penunjang iklan yang dapat digunakan di masing-masing ritel yang operasionalnya melalui teknologi clouds.
Selanjutnya, perseroan juga menyediakan infrastruktur dan services yaitu penyedia infrastruktur dan pemasangan progam untuk digital ads. Kemudian melalui digital ads exchange hub, perseroan menyediakan metode periklanan dua arah yang dapat menggiring pengiklan di luar industri mereka untuk mempermudah beriklan melalui platform digital perseroan.
Dalam IPO, perseroan melepas saham setara 35% kepemilikan. Harga penawaran sebesar Rp 230 per saham. Dengan demikian, perseroan memperoleh dana sebesar Rp 618 miliar.
“Sebanyak 75% dana IPO akan digunakan untuk modal kerja, 20% akan digunakan untuk membangun infrastruktur, riset, dan development, serta sisanya 5% untuk pengembangan sumber daya manusia,” jelas Budiasto.