ANALIS MARKET (01/10/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi masih malu malu kucing untuk menunjukkan penguatan, meskipun demikian penguatan sudah mulai terkonfirmasi dengan kenaikkan harga obligasi jangka menengah hingga panjang.

Cepat atau lambat, obligasi jangka pendek juga akan mengikuti kenaikkan harga obligasi jangka panjang.

Sejauh ini pasar obligasi masih cukup kuat bertahan ditengah ketidakpastian ekonomi yang terjadi di pasar global.

Ditengah tengah potensi akan capital outflow, pergerakan pasar obligasi cenderung stabil untuk saat ini ketimbang dengan pergerakan pasar saham. Meskipun biasanya, pergerakan pasar obligasi juga cukup fragile tatkala sentiment global negatif menguat.

“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (01/10/2019).

Yang harus diperhatikan pada hari ini adalah;

1.Pembahasan mengenai delisting saham saham Perusahaan China dari Bursa Amerika

Dalam sebuah pernyataan, Steven Mnuchin mengatakan bahwa tidak ada rencana saat ini untuk mendelisting saham saham Perusahaan China dari Bursa Amerika. Pemerintah tidak bermaksud untuk mendelisting saat ini, hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Departement Keuangan Monica Crowley. Tanggapan akan berita delisting tersebut juga memantik statement dari Peter Navarro yang mengatakan bahwa berita delisting merupakan berita palsu. Peter juga menolak untuk menjawab beberapa pertanyaan ketika wartawan bertanya lebih detail terkait akan hal ini. Namun Peter mengatakan bahwa ada beberapa masalah signifikan terkait dengan saham China yang terdaftar di Bursa Amerika, khususnya masalah transparansi. Namun berita terkait dengan delisting saham China dari bursa Amerika bukan tanpa akhir, karena saat ini Larry Kudlow, kepala Dewan Ekonomi Nasional sedang memimpin musyawarah dalam Gedung putih terkait dengan potensi decoupling keuangan. Tidak hanya itu saja, sebagian orang di dalam Gedung Putih menginginkan control baru terhadap aliran modal ke China. Fokus utama Amerika adalah terhadap Perusahaan China yang ternyata tidak memiliki standar audit yang sama terhadap perusahaan yang terdaftar di Amerika. Faktor lainnya adalah meningkatnya kehadiran Perusahaan China pada indeks MSCI Emerging Market dan Indeks obligasi Bloomberg Barclays. Ditengah tengah tekanan akan potensi kenaikkan control terhadap Perusahaan China, justru China kemarin mengatakan bahwa mereka akan mengambil langkah langkah lebih lanjut untuk terus membuka sector keuangan yang mendorong Lembaga keuangan asing untuk berinvestasi di China. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing dan dinamika system keuangan domestic.

2.Charles Evans, CEO dari Federal Reserves Bank of Chicago mulai berfikiran terbuka mengenai tingkat suku bunga di Amerika Evans mengatakan bahwa harus ada pemotongan lebih lanjut apabila diperlukan jika ternyata ekonomi masih terhambat. Evans mengatakan bahwa dirinya masih optimis terhadap fundamental Amerika meskipun menghadapi tantangan yang cukup berat. The Fed telah mengurangi 50 bps, dan kami pikir hal itu membantu The Fed untuk memberikan kebijakan yang akomodatif lebih dari yang kami yakini. Namun pemotongan tingkat suku bunga sendiri mungkin saja dapat dilakukan lebih banyak apabila ternyata tantangan tersebut meningkat dengan cepat. Selama 6 bulan terakhir pun, The Fed memiliki lebih banyak tantangan untuk meningkatkan inflasi menjadi 2%, ketidakpastian yang terus meningkat, negosiasi perdagangan tidak menunjukkan kemajuan, pertumbuhan Eropa dan China yang terus melambat. Evans melihat apa yang dilakukan The Fed sudah cukup, dan saat ini The Fed akan berfokus terhadap data, khususnya data inflasi dan pasar tenaga kerja sebagai metrik utama.

“Kami merekomendasikan beli hari ini dengan potensi bersiap untuk membeli dengan volume kecil. Pergerakan pasar yang melebihi 55 bps, akan menjadi arah obligasi selanjutnya,” sebut analis Pilarmas.