Volume SBN Diperdagangan Rabu Kemarin Senilai Rp6,28 Triliun dari 32 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (26/9/2018), tercatat senilai Rp6,28 triliun dari 32 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,38 triliun.
Dalam laporan riset yang dirilis Kamis (27/9/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,02 triliun dari 32 kali transaksi di harga rata - rata 90,30% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp576,72 miliar dari 77 kali transaksi di harga rata - rata 89,13%.
Sementara itu, dari perdagangan Sukuk Negara, seri dengan volume perdagangan terbesar didapati pada Project Based Sukuk seri PBS004, senilai Rp256 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 74,76% dan diikuti oleh perdagangan PBS013 senilai Rp107,50 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,51%.
“Volume perdagangan yang tidak begitu besar mengindikasikan bahwa investor cenderung menahan diri guna melakukan transaksi menantikan keputusan dari kedua Bank Sentral tersebut,” jelas I Made.
Sedangkan dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1.17 triliun dari 56 seri surat utang yang ditransaksikan. Obligasi II Bussan Auto Finance Tahun 2018 Seri B (BAFI02B) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp236,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,27% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Wakalah Medco Power Indonesia I Tahun 2018 Seri A (SWMEDP01A) senilai Rp121 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,17%.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup menguat terbatas, sebesar 7,00 pts (0,05%) di level 14910,50 per Dollar Amerika.
Bergerak dengan kecenderungan mengalami pelemahan di sepanjang sesi perdagangan, nilai tukar Rupiah terlihat mengalami penguatan di akhir sesi perdagangan setelah bergerak pada kisaran 14907,50 hingga 14944,00 per Dollar Amerika.
Perubahan nilau tukar yang terbatas juga didapati pada mata uang regional jelang berakhirnya pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika serta beberapa agenda Bank Sentral di kawasan regional.
Mata unag regional yang cenderung mengalami penguatan selain Rupiah adalah Rupee India (INR) sebesar 0,09% dan diikuti oleh Yen Jepang (JPY) sebesar 0,05%. Adapun yang terlihat mengalami pelemahan diantaranya adalah Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,08% yang juga dialami oleh oleh Rnggit Malaysia (MYR) dan Yuan China (CNY).
Adapun imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan jelang berakhirnya pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika.
Imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan mengalami penurunan dimana untuk tenor 10 tahun ditutup pada level 3,054% dan untuk tenor 30 tahun di level 3,186% sebagai respon atas keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps sebagaimana yang diperkirakan oleh pelaku pasar.
Selain itu, pernyataan dari Gubernur Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa Bank Sentral tidak melihat adanya potensi kenaikan inflasi yang cukup signifikan dalam waktu dekat ini juga menjadi faktor penurunan imbal hasil dari US Treasury.
Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga terlihat mengalami penurunan di level 0,514% dan surat utang Jepang di level 0,117%. Sedangkan surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami kenaikan, dan ditutup pada level 1,629%.

