Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp7,20 Triliun dari 31 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan (07/9) lalu, tercatat senilai Rp7,20 triliun dari 31 seri Surat Berharga Negara dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,72 triliun.

Analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,17 triliun dari 33 kali transaksi di harga rata - rata 90.01% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0065 senilai Rp903,68 miliar dari 24 kali transaksi di harga rata - rata 83,34%. 

Adapun Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp135,74 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,10% dan diikuti oleh perdagangan PBS012 senilai Rp120 miliar dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 99,56%.

Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai 819,93 miliar dari 53 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2018 (TBIG03CN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp100 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,01% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Jasa Marga Tahap II Tahun 2014 Seri T (JSMR01CN2T) senilai Rp75 miliar dari 13 kali transaksi di harga rata - rata 101,62%.

Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup menguat sebesar 73,00 pts (0,49%) pada level 14820,00 per Dollar Amerika. Bergerak dengan kecenderungan mengalami penguatan sejak awal perdagangan, nilai tukar rupiah pada akhir pekan bergerak pada kisaran 14820,00 hingga 14907,00 per Dollar Amerika.

Mata uang Rupiah memimpin penguatan mata uang regional pada perdagangan di akhir pekan, yang diikuti oleh penguatan Rupee India (INR) sebesar 0,41% dan Peso Philipina (PHP) sebesar 0,13%.

“Penguatan nilai tukar rupiah terjadi jelang disampaikannya data cadangan devisa bulan Agustus 2018 oleh Bank Indonesia,” ungkap I Made kepada Pasardana.id, di Jakarta, Senin (10/9/2018).

Bank Indonesia menyampaikan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia cukup tinggi sebesar USD117,9 miliar pada akhir Agustus 2018, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan USD118,3 miliar pada akhir Juli 2018. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Namun demikian, meskipun mengalami penguatan di akhir pekan, rata - rata mata uang regional mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika di sepanjang pekan kemarin, dengan pelemahan terbesar dipimpin oleh mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,97% serta diikuti oleh mata uang Ringgit Malaysia (MYR) dan mata uang Won Korea Selatan (KRW) masing - masing sebesar 0,89%.

Adapun mata uang rupiah dalam sepekan mengalami pelemahan sebesar 0,61% di tengah tren pelemahan mata uang negara - negara berkembang di tengah kekhawatiran terhadap krisis perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

Sementara itu, dari perdagangan surat utang global, pergerakan imbal hasilnya pada perdagangan di akhir pekan bergerak bervariasi dimana imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan di level 2,93% dan tenor 30 tahun di level 3,10% setelah data sektor tenaga kerja Amerika Serikat mengalami pertumbuhan lebih baik dari yang diperkirakan.

Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun masing - masing juga mengalami kenaikan di level 0,388% dan 1,452%. Sementara itu surat utang global yang mengalami penurunan sebagaimana Surat Utang Indonesia diantaranya adalah surat utang India yang turun ke level 8,012% dan surat utang Malaysia yang turun ke level 4,147%.