Volume SBN Diperdagangan Selasa Kemarin Senilai Rp6,94 Triliun dari 33 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (25/9), terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp6,94 triliun dari 33 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan, dimana volume perdagangan untuk seri acuan senilai Rp3,2 triliun.

Dalam laporan riset yang dirilis Rabu (26/9/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, volume perdagangan yang tidak begitu besar tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar yang cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara serta jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika dan akan diikuti oleh Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia.

Obligasi Negara seri FR0065 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,10 triliun dari 31 kali transaksi di harga rata - rata 85,15% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp1,00  triliun dari 99 kali transaksi di harga rata - rata 89,15%.

Dari perdagangan Sukuk Negara, volume perdagangan terbesar didapati pada Project Based Sukuk seri PBS012, yaitu senilai Rp62,08 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100.79% dan diikuti oleh perdagangan PBS005 senilai Rp48,70 miliar dari satu kali transaksi di harga 99,65%.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,28 triliun dari 50 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Volume perdagangan terbesar didapati pada Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap I Tahun 2018 Seri B (BFIN04BCN1), senilai Rp295,0 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi II Intiland Development Tahun 2016 Seri A (DILD02A) senilai Rp180 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,40%.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin kembali ditutup dengan mengalami pelemahan, sebesar 51,50% (0,35%) di level 14917,50 per Dollar Amerika.

Bergerak pada kisaran 14875,00 hingga 14917,50 per Dollar Amerika, nilai tukar Rupiah memimpin pelemahan mata uang regional di tengah penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang dunia jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika.

Mata uang regional yang mengikuti pelemahan nilai tukar Rupiah adalah Yuan China (CNY) sebesar 0,28% dan Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,21%. Adapun mata uang Dollar Taiwan (TWD) mengalami penguatan sebesar 0,14%.

Adapun imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin juga bergerak dengan mengalami kenaikan yang dipimpin oleh kenaikan imbal hasil surat utang di kawasan Uni Eropa. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup dengan kenaikan di level 0,543% di tengah ekspektasi kenaikan laju inflasi di kawasan Uni Eropa.

Kenaikan imbal hasil juga didapati pada surat utang Inggris (Gilt) yang ditutup pada level 1,631%. Sementara itu imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 3,098% setelah sempat menyentuh level 3,113%, mendekati level tertingginya di tahun 2018 yang sebesar 3,128%.

Surat utang global yang terlihat mengalami penurunan meskipun terbatas adalah surat utang Thailand di level 2,839% dan China di level 3,680%.