Volume SBN Diperdagangan Senin Kemarin Senilai Rp5,96 Triliun dari 31 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (24/9), mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan di akhir pekan, yaitu senilai Rp5,96 triliun dari 31 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp1,98 triliun.

Analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0070 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,22 triliun dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 100,61% dan diikuti oleh perdagangan seri FR0064, senilai Rp862,67 miliar dari 30 kali transaksi di harga rata - rata 86,61%.

Adapun Project based Sukuk seri PBS004 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp300 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 72,14% dan diikui oleh perdagangan PBS012 senilai Rp113 miliar dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 102,08%.

Ditambahkan, dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp856,76 miliar dari 53 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan III Bank OCBC NISP Tahap I Tahun 2018 dengan Tingkat Bunga Tetap Seri A (NISP03ACN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp100 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 98,83% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Maybank Finance Tahap II Tahun 2016 Seri A (BIIF01ACN2) senilai Rp78 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,33%.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup pada level 14866,00 per Dollar Amerika setelah mengalami penurunan sebesar 49,50 pts (0,33%) setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14846,30 hingga 14879,00 per Dollar Amerika.

Pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut terjadi seiring dengan pelemahan mata uang regional terhadap Dollar Amerika. Mata uang Rupee India (INR) memimpin pelemahan mata uang regional, dengan mengalami pelemahan sebesar 0,54% dan diikuti oleh pelemahan mata uang Peso Philippina (PHP) sebesar 0,35% dan berikutnya mata uang Rupiah.

Bank Indonesia dan Bank Sentral Philippina diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan seiring dengan pelemahan yang terjadi pada kedua mata uang, dimana sepanjang tahun 2018 nilai tukar Rupiah telah mengalami pelemahan sebesar 8,43% dan mata uang Peso mengalami pelemahan sebesar 7,62%.

Lebih lanjut, I Made mengungkapkan, dari perdagangan surat utang global, pergerakan imbal hasilnya cenderung mengalami kenaikan merespon pernyataan dari Gubernur Bank Sentral Eropa yang menyatakan bahwa terlihat sinyal adanya kenaikan tekanan inflasi di kawasan Uni Eropa seiring dengan adanya kenaikan tingkat upah di kawasan tersebut.

Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan masing - masing di level 0,511% dan 1,616%. Kenaikan imbal hasil juga didapati pada US Treasury dimana untuk tenor 10 tahun berada pada level 3,089% dan tenor 30 tahun di level 3,226%. Bahkan untuk US Treasury dengan tenor 2 tahun ditutup pada level 2,835% yang merupakan posisi tertingginya sejak tahun 2008.