Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp9,04 Triliun dari 38 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan (14/9) lalu, tercatat senilai Rp9,04 triliun dari 38 seri Surat Berharga Negara, dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,94 triliun.

Analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp1,53 triliun dari 120 kali transaksi dengan harga rata - rata 85,14% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,44 triliun dari 48 kali transaksi di harga rata - rata 89,36%.

Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS005 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp145,20 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 99,94% yang diikuti oleh perdagangan PBS012 senilai Rp131,38 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 97,70%.

Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp657,10 miliar dari 43 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank II Tahap VII Tahun 2016 Seri B (BEXI02BCN7) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp170 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 100,55% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap II Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN2) senilai Rp83 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,02%.

Sementara itu, nilai tukar rupiah ditutup menguat sebesar 33,50 pts (0,23%) di level 14806,50 per Dollar Amerika setelah bergerak menguat sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14777,50 hingga 14844,00 per Dollar Amerika.

Penguatan nilai tukar rupiah tersebut seiring dengan penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, ditengah melemahnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang global.

Dollar Amerika terlihat melemah terhadap mata uang global sebagai respon atas meredanya tekanan inflasi di Amerika pada bulan Agustus 2018 serta adanya perbaikan terhadap sentimen resiko yang berkaitan dengan isu perang dangang.

Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,52% diikuti oleh penguatan Rupee India (INR) sebesar 0,34% dan Baht Thailand (THB) sebesar 0,24%.

Adapun mata uang Yuan China (CNY) menjadi satu - satunya mata uang regional yang terlihat mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika pada akhir pekan kemarin, yaitu sebesar 0,11%.

Dengan penguatan di akhir pekan kemarin, dalam sepekan mata uang regional terlihat dalam posisi yang bervariasi terhadap Dollar Amerika.

Mata uang Baht Thailand memimpin penguatan mata uang regional dalam sepekan terakhir yaitu sebesar 0,68% dan diikuti oleh Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,67%. Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) dalam sepekan mengalami pelemahan sebesar 0,71% dan diikuti oleh mata uang Peso Philippina (PHP) sebesar 0,44%.

Dari perdagangan surat utang global, perubahan imbal hasil bergerak bervariasi dimana imbal hasil dari US Treasury 10 tahun dan 30 tahun masing - masing ditutup dengan kenaikan di level 3,00% dan 3,133%.

Kenaikan imbal hasil dari US Treasury pada akhir pekan kemarin sebagai respon terhadap data penjualan ritel Amerika Serikat yang menunjukkan peningkatan, terutama adanya revisi terhadap data penjualan ritel Amerika Serikat di bulan Juli 2018. Kenaikan penjualan ritel tersebut akan memicu tekanan inflasi dan juga sebagai katalis positif bagi data pertumbuhan ekonomi Amerika.

Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) juga terlihat mengalami kenaikan masing - masing di level 0,442% dan 1,532%.

Sementara itu, imbal hasil di kawasan regional terlihat mengalami penurunan dipimpin oleh penurunan surat utang Indonesia, dan diikuti oleh penurunan imbal hasil dari surat utang Malaysia dan China.