ANALIS MARKET (16/8/2018) : Rupiah Cenderung Melemah Efek dari Neraca Perdagangan yang Defisit

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Samuel Aset Manajemen (SAM) menyebutkan, indeks futures bursa Asia tercatat bervariasi, kemungkinan indeks di bursa Asia akan bergerak mixed tetapi dengan kecenderungan turun terbawa koreksi di bursa global semalam walaupun harga minyak mentah dibuka naik pagi ini. 

Adapun mata uang utama Asia, HK dolar dan Sin dolar menguat terhadap USD pagi ini, yang mestinya bisa menjadi sentiment penguatan rupiah.

“Tetapi kemungkinan rupiah cenderung melemah efek dari neraca perdagangan yang defisit menuju kisaran antara Rp.14.610 - Rp.14.630 per USD walaupun tetap dalam penjagaan BI,” sebut Lana Soelistianingsih, Kepala Riset/Ekonom SAM dalam laporan riset yang dirilis Kamis (16/8/2018).

Lebih lanjut, riset SAM juga menyebutkan, neraca perdagangan Juli 2018 tercatat defisit sebesar US$2,0 miliar, dengan  nilai ekspor sebesar US$16,2 miliar dan impor sebesar US$18,3 miliar.  Baik impor migas maupun non migas mencatatkan kenaikan signifikan secara bulanan. Kenaikan impor terjadi baik di sisi volume maupun harga, sedangkan kenaikan ekspor karena naiknya harga yang lebih besar dibandingkan kenaikan volume.

“Kinerja neraca perdagangan yang defisit ini membuat sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah,” jelas Lana.

Sementara dari eksternal, penjualan US TB dalam 3 bulan berturut-turut mencatatkan net capital inflows. Pada Juni tercatat sebesar US$114,5 miliar. Kenaikan ini diantaranya karena ketidakpastian global, kebijakan untuk menutup defisit anggaran, dan ekspektasi naiknya suku bunga The Fed.

“Kenaikan ini bisa membuat risiko menurunnya posisi investor dari Negara-negara Ems,” tandas Lana.