Daya Serap Pasar Melemah, Jaya Bersama Indonesia Tunda IPO
Pasardana.id - PT Jaya Bersama Indo Tbk, pengelola jaringan restoran The Duck King menunda pelaksanaan Initial Public Offering (IPO). Pasalnya, kondisi pasar mengalami penurunan daya serap.
Hal itu disampaikan Managing Director PT Danareksa Sekuritas, Boumediene Sihombing di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (10/7/2018).
“Karena market kurang kondusif, maka PT Jaya Bersama Indonesia Tbk menunda,” ujar dia.
Namun, dia belum dapat memastikan batas waktu penundaan rencana calon emiten pemilik merek dagang Duck King tersebut.
“Ini yang menjadi pertimbangan apakah mengunakan buku Juni 2018 untuk menyusun prospektus atau melanjutkan yang kemarin,” jelas dia.
Untuk diketahui, PT Jaya Bersama Indonesia Tbk menawarkan sebanyak-banyaknya 403,8 juta saham atau setara dengan 34,40% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Menurut Managing Director PT Danareksa Sekuritas, Boumediene Sihombing, harga penawaran IPO berada pada kisaran Rp1.550 hingga Rp1.950 per lembar saham. Dengan demikian, perseroan berpeluang meraup dana Rp625,89 miliar hingga Rp787,41 miliar.
“Kami harus mengikuti kondisi pasar saat ini,” kata Boemediene beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Direktur PT Jaya Bersama Indo Tbk, Dewi Tio mengatakan, dana hasil IPO akan diaiokasikan sekitar 80% untuk ekspansi bisnis sedangkan sisanya sekitar 20% untuk modal kerja.
“Tahun ini kami akan membuka 11 rumah makan baru, satu diantaranya akan dibuka di Hanoi, Vietnam,” kata dia.
Ia menambahkan, sampai saat ini perseroan telah mengelola 35 rumah makan. Jumlah itu akan bertambah dalam tiga tahun mendatang bertambah 42 unit. Dengan rincian, 11 rumah makan di tahun 2018, 18 rumah makan di tahun 2019 dan 19 rumah makan di tahun 2020.
“Mayoritas akan di buka di Indonesia, sedangkan untuk di luar negeri akan dibuka di Vietnam dan Myanmar,” sambung dia.
Lebih lanjut diungkapkan, upaya pengembangan sayap usaha tersebut, akan membutuhkan dana sebesar Rp 670 miliar.
Dengan pengembangan usaha tersebut, perseroan mengharapkan dapat mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 35% dibanding tahun 2017 yang sebesar Rp538 miliar. Sehingga PER tahun 2018 diperkirakan berada pada kisaran 15X hingga 18,9X.

