Industri Farmasi Paling Terdampak Depresiasi Rupiah
Pasardana.id – Ada banyak sektor yang terdampak penguatan dolar AS, yang menembus level Rp 14.200. Namun, menurut Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, sektor industri farmasi adalah yang paling terpukul akibat depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pasalnya, industri tersebut sebagian bahan bakunya impor menggunakan dolar AS, sementara dijualnya dengan rupiah di pasar dalam negeri.
"Industri pharmaceutical menjadi persoalan karena sebagian bahan baku impor jualnya rupiah," kata Airlangga usai berbuka puasa di rumah dinasnya, Kompleks Widya Chandra, Jakarta, Selasa (22/5/2018).
Meski demikian, lanjut Airlangga, pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan bahan baku lokal untuk industri farmasi agar tidak terlalu bergantung impor. Dengan demikian, ketika dolar AS naik, dia tidak terlalu terdampak.
"Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian sedang berbicara untuk local content. Jadi, semakin banyak konten lokal itu akan sangat membantu daya saing industri," ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan, industri farmasi masih cukup bergantung bahan baku impor dipengaruhi sejumlah hal.
"Ya tentu ada kaitannya dengan intellectual property right (hak kekayaan intelektual), kemudian kalau kita bicara dengan bio chemical, ada urusan dengan sampel, bagaimana sampel itu bisa di ekspor-impornya lebih mudah," tandasnya.

