Setelah BI Intervensi, Rupiah Kembali Menguat

foto : istimewa

Pasardana.id - Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityswara menilai, pergerakan nilai tukar rupiah beberapa hari terakhir lebih karena reaksi pelaku pasar atas analisis-analisis dampak ekonomi, menyusul kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Pelemahan rupiah tersebut diyakini Mirza hanya temporer.

Trump dikenal memiliki kebijakan ekonomi yang protektif dan konservatif sehingga dikhawatirkan akan menghambat perdagangan negara-negara mitra dagang AS.

"Analisis itu menurut kami ada dasarnya, tapi itu buat negara yang sangat berkaitan dengan AS. Maka pada 8-9 November 2016 nilai tukar domestik Meksiko (negara yang berhubungan dagang erat dengan AS) melemah 10 persen dalam sehari," jelas Mirza di Jakarta, Jumat (11/11/2016).

Lebih lanjut, Mirza mengatakan bahwa BI melihat kondisi nilai tukar rupiah sudah jauh dari takaran nilai fundamentalnya.

Oleh sebab itu, Bank Indonesia pada Jumat (11/11/2016) ini, melakukan operasi moneter dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN), dan melepas valuta asing di pasar.

Setelah BI mengumumkan intervensinya, jelas Mirza, kurs rupiah bergerak menguat. Selama satu jam, BI melakukan lelang untuk buy back SBN.

"Jadi setelah BI umumkan membeli SBN dan hadir di valas saya lihat rupiah ke sekitar Rp13.500 dan terus membaik," tandas dia.