Tito Sulistio Sayangkan China dan Singapura Masih Masuk Emerging Market
Pasardana.id - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio menilai, masuknya saham-saham dari bursa China dan Singapura dalam MSCI Emerging Market Index sudah tidak tepat. Pasalnya, kedua negara tersebut sudah tergolong negara maju dan bukan lagi negara rendah menuju menengah.
“Yang saya khawatir, kenapa China dan Singapura masuk emerging market, harusnya develop market,” kata dia di Jakarta, Senin (21/5/2018)
Pendapat tersebut disampaikan Tito setelah turunnya bobot panduan investasi berdasarkan MSCI Emerging Market Indeks saham-saham BEI dari 22,54% menjadi 22,04% untuk periode Juni 2018.
“Turunnya hanya 0,02% dan itu disebabkan masuknya 234 saham seri A bursa ke MSCI,” terang dia.
Meski demikian, Tito mengingatkan penurunan bobot saham-saham BEI pada MSCI indeks lebih disebabkan naiknya pembobotan saham-saham seri A bursa China.
“Jadi bukan bobot kita turun tapi hanya terdilusi,” ujar Tito mengingatkan.
Sebelumnya, MSCI mengumumkan menghapus EXCL dari daftar MSCI Global Standard Indexes List dan pada saat yang sama memasukan INKP dalam daftar yang efektif pada 1 Juni 2018.
Sedangkan untuk MSCI Small Cap Indexes List hanya TRAM sebagai pendatang baru, sementara INAF, DILD, KIJA, TOPS dan WTON di hapus dari daftar.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada mengatakan, dihapusnya beberapa saham yang tercatat di BEI dari MSCI indeks turut mendorong kaburnya dana investor asing dari BEI.
“Kalau terhapusnya berapa saham kita dari MSCI hanya faktor tambahan yang ikut memicu asing keluar dari pasar,” kata dia.
Lebih lanjut Reza menjelaskan, kaburnya dana asing lebih disebabkan konsisi makro ekonomi nasional dan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Untuk diketahui, sepanjang tahun ini investor asing sudah mencatat jual bersih Rp40,3 triliun.
“Dua faktor itu yang menjadi sentimen negatif yang membuat asing kabur,” jelas dia.

