16 AB Belum Miliki Sistem Perdagangan Elektronik
Pasardana.id - Dalam era digital ini ternyata masih banyak perusahaan yang bergerak di industri jasa keuangan yang belum memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.
Pasalnya dari data Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 16 perusahaan efek yang juga merupakan anggota bursa (AB) belum memiliki sistem perdagangan elektronik atau online trading.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Alpino Kianjaya mengatakan, dari 105 AB yang aktif melakukan kegiatan perantara perdagangan efek, sebanyak 62 AB telah memberikan layanan online trading, 10 AB memberikan layanan DMA (Direct Market Acces) atau semi online trading bagi nasabah asing dan 20 AB memberikan layanan DMA namun hanya untuk nasabah Institusi asing.
“Jadi hanya 16 AB yang tidak memberikan layanan online trading," kata dia kepada Pasardana.id, di Jakarta, Senin (25/9/2017).
Lebih lanjut, ia mengharapkan,16 AB tersebut segera meningkatkan layanan kepada nasabah sebab dengan peningkatan layanan tersebut akan membuka kesempatan AB tersebut untuk meningkatkan nasabah dan transaksi perdagangan efek.
“Dengan membangun sistem perdagangan online akan memberi kemudahan pada nasabah untuk melakukan analisa suatu saham dan melakukan transaksi," kata dia.
Sejalan dengan peningkatan layanan tersebut, lanjut dia, terdapat peningkatan laba bersih dari tahun ketahunnya. Dari data yang dimilikinya, laporan keuangan telah audit 105 AB tahun 2015 terdapat 62 AB yang mencatatkan laba bersih dan 43 AB merugi. Sedangkan tahun 2016, terdapat 74 AB mencatatkan laba bersih dan 31 AB merugi.
“Bahkan pada semester I 2017, AB yang mencatatkan laba bersih meningkat menjadi 76 AB dan yang merugi turun menjadi 25 AB," urai dia.
Sedangkan total laba bersih dari 105 AB juga meningkat. Tahun 2015 lalu tercatat Rp1,3 triliun dan 43 AB mencatatkan total kerugian Rp446 miliar. Menginjak tahun 2016, total laba bersih dari 74 AB mencapai Rp2,19 triliun dan total kerugian dari 31 AB sebesar Rp318 miliar.
“Tahun ini meningkat lagi, sebab pada semester I 2017 total laba bersih 76 AB mencapai Rp1,22 triliun dan total kerugian 25 AB hanya Rp76 miliar," jelas dia.
Pada sisi lain, 73,73% pangsa pasar transaksi perdagangan bursa dikuasai oleh 31 AB dengan MKBD (modal kerja bersih disesuaikan) diatas Rp250 miliar. Pada tempat kedua, 19 AB dengan MKBD Rp100 miliar hingga Rp250 menguasai pangsa pasar sebesar 12,77%; berikutnya, 22 AB dengan MKBD Rp50 miliar hingga Rp100 miliar memegang 8,23% dan 33 AB dengan MKBD antara Rp25 miliar hingga Rp50 miliar hanya memegang 5,26% pangsa pasar transaksi bursa.
Terakhir, tutur dia, terjadi peningkatan AB dengan MKBD diatas Rp250 miliar. Sebab pada akhir Januari 2017, AB dengan MKBD diatas Rp250 miliar hanya berjumlah 23 AB.
Adapun saat ini terdapat 20 AB dengan MKBD diantara Rp100 miliar hingga Rp250 miliar, 23 AB dengan MKBD diantara Rp50 miliar hingga Rp100 miliar dan 39 AB dengan MKBD Rp25 miliar hingga Rp50 miliar.
“Peningkatan MKBD itu dikarenakan adanya penambahan saham marjin dari 50 saham menjadi 180 emiten, sehingga tadinya transaksi margin pada saham bukan saham marjin akan menggerus MKBD, sekarang karena masuk sehingga tidak menggerus," jelas dia.

