Indonesia Power Akan Terbitkan EBA Senilai Rp6 Triliun Tahun Depan
Pasardana.id - Penerbitan efek sekuritisasi pada tahun depan akan kembali marak. Paling tidak, Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp6 triliun akan ditawarkan kepada investor oleh PT Indonesia Power (IP). Adapun penerbitan EBA tersebut untuk mendukung pendanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU ) 2 X 1000 MW.
Adapun Direktur Utama PT Indonesia Power, Sripeni Inten Cahyani mengharapkan, penerbitan sisa nilai ijin efektif penerbitan EBA sebesar Rp6 triliun akan dilakukan pada tahun depan.
“Kami harapkan akan menerbitkan sekaligus Rp6 triliun tahun depan saat pasar sedang bagus, karena timing akan menentukan biaya penerbitan," ujar Sripeni di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (20/9/2017).
Ia menjelaskan, hasil penerbitan EBA tersebut akan digunakan perseroan untuk pendanaan PLTU Suralaya 2 X 1000 MW yang diharapkan beroperasi pada akhir tahun 2021.
“Saat ini sedang lelang dan akan segera keluar pemenangnya karena di tahun 2021 bisa selesai," kata dia.
Seperti diketahui, IP telah melakukan pencatatan EBA Danareksa Indonesia Power PLN 1 senilai Rp4 triliun pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pagi ini. EBA tersebut menjaminkan tagihan kepada PT PLN atas listrik yang dihasilkan dari PLTU Suralaya 1-4.
Sripeni mengaku, penawaran EBA tersebut yang berlangsung tanggal 4-11 September 2017 mendapat sambutan baik, karena terjadi kelebihan permintaan hingga 2,7 kali yakni mencapai Rp10,5 triliun dari target Rp4 triliun.
Lebih rincinya, EBA dengan imbal hasil investasi tersebut terbagi dua kelas, yaitu ; menjadi kelas senilai Rp3,688 triliun dengan imbal hasil Investasi 8,25% dan akan dibayarkan setiap tahun hingga jatuh tempo dalam lima tahun kedepan. Sedangkan kelas B senilai Rp312 miliar.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Danareksa Invesment Management, Prihatmo Hari Mulyanto mengatakan, investor EBA tersebut berasal dari investor institusi, baik bank, manajer investasi, lembaga dana pensiun maupun asuransi.
“Saat penawaran, kami lebih fokus kepada investor institusi," kata dia.
Kedepannya, jelas dia, tidak menutup kemungkinan investor ritel akan tertarik dengan jenis efek ini, jika rutin dan banyak diterbitkan.
“Karena baru, maka investor ritel belum berani masuk," tandas dia.

