ANALIS MARKET : IHSG Bergerak Cenderung Menurun Hari Ini

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian Kiwoom Sekuritas memperkirakan, indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak cenderung menurun hari ini.

Beberapa faktor mendasari prediksi ini, antara lain; Dow Jones naik 39.3 poin pada level tertinggi baru 22,158.2 didukung emiten sektor energi. 

Adapun Bursa regional diperdagangkan mixed pagi ini belum dapat memberi dukungan terhadap IHSG ditengah masih berlanjutnya aksi jual investor asing. 

Sebelumnya, IHSG turun mendekati garis diagonal support kuat. Penembusan ke bawah level terendah sebelumnya pada 5,813 berpotensi memicu koreksi lanjutan. 

“Menyikapi beberapa faktor tersebut, kami memperkirakan IHSG bergerak cenderung menurun hari ini," sebut analis Kiwoom Sekuritas, yang dilansir dari laman resminya, Kamis (14/9/2017).

Lebih lanjut, riset juga menyoroti beberapa aksi korporasi dari emiten yang layak dicermati pelaku pasar, antara lain;

ADHI - Perolehan kontrak 
PT Adhi Karya (ADHI) membukukan kontrak baru senilai Rp 28.6 Triliun pada 8M 2017. Naiknya perolehan kontrak baru didukung nilai proyek LRT senilai Rp 19.7 Triliun. Bulan Agustus ADHI berhasil mendapat kontrak baru dari proyek Trans Park Bekasi di Jawa Barat senilai Rp 596.2 Miliar, proyek Masjid Agung Batam di Kepulauan Riau senilai Rp 237.1 Miliar, dan proyek Tol Kualanamu Seksi 7B di Sumatra Utara senilai Rp 225.9 Miliar. 

BEST - Rencana penjualan lini bisnis pergudangan 
PT Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST) berencana menjual lini bisnis pergudangan. BEST akan menjual 51% saham di perusahaan patungan yang merupakan hasil kerjasama dengan Daiwa House Industry Co. BEST menilai kontribusi dari bisnis pergudangan terhadap kinerja perusahaan masih sangat minim.

Selain itu, perusahaan juga ingin fokus ke pengembangan kawasan industri. Dana hasil divestasi tersebut rencananya akan digunakan untuk pengembangan kawasan industri. Nantinya, Daiwa House akan mengambil alih kepemilikan BEST dalam perusahaan patungan tersebut. Daiwa akan menjadi operator tunggal perusahaan pergudangan tersebut. 

KAEF - Pendanaan eksternal 
PT Kimia Farma (KAEF) menjajaki pendanaan eksternal senilai Rp 2 Triliun hingga Rp 3 Triliun higga 2018. Untuk tahap awal perseroan akan menerbitkan medium term notes (MTN) tahap I tahun 2017 senilai Rp 400 Miliar dan tahap II dengan target Rp 600 Miliar pada tahun 2018.

Perseroan juga tengah mengkaji pendanaan opsi lainnya guna menutupi kebutuhan dana eksternal sebesar Rp 2 Triliun hingga Rp 3 Triliun hingga 2018. Dana ini akan dimanfaatkan untuk mengakuisisi sebagian saham perusahaan di Arab Saudi, yakni Dwaa Medical Limited Company dan juga akan digunakan untuk refinancing utang dengan tujuan menekan tingkat bunga pinjaman perseroan. 

TRAM - Akuisisi 2 tambang batu bara 
PT Trade Maritime (TRAM) mengakuisisi 6.25 miliar saham (50,01% saham) PT SMR Utama (SMRU) dengan perkiraan nilai akuisisi sebesar Rp 3.13 Triliun. Sebelumnya perseroan juga telah mengakuisisi 100% saham perusahaan tambang batu bara PT Gunung Bara Utama dari PT Semeru Infra Energi senilai Rp 2.48 Triliun.

Adapun dana akuisisi berasal dari rencana penerbitan saham baru melalui hak memesan efek terlebih dahulu (right issue/HMETD) sebesar 40 miliar saham perseroan sehingga jika dilihat dari nilai akuisisi dan jumlah saham right issue yang diterbitkan, maka harga minimal right issue sebesar Rp 150 per saham.

Selain itu, perseroan juga telah menyelesaikan proses restrukturisasi utang, antara lain kepada ICBC sebesar US$ 8.27 Juta dan kepada Bank Mandiri Syariah sebesar US$ 768,470 yang masing-masing diperpanjang jatuh temponya sehinga likuiditas perseroan menjadi membaik. 

WSBP & WTON - Rencana pembatasan penggunaan material konstruksi 
Pemerintah melalui Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana membatasi penggunaan maksimal 50% material konstruksi hasil produksi anak perusahaan sendiri untuk memberi kesempatan bagi produsen pracetak swasta. Hal ini berpotensi memberi dampak negatif terhadap PT Waskita Beton Precast (WSBP) dan PT Wijaya Karya Beton (WTON). 

WTON - Kontrak baru 
PT Wijaya Karya Beton (WTON) meraih kontrak baru senilai Rp 3.2 Triliun pada 8M 2017. Nilai tersebut setara dengan 45.7% dari target tahun ini senilai Rp 7 Triliun. Meskipun masih jauh dari target, namun manajemen masih optimis target tersebut dapat tercapai. Sebagian besar kontrak yang didapat berasal dari jenis proyek infastruktur dan energi.

Kedepan, WTON akan lebih fokus mengincar kontrak-kontrak di sektor energi seperti pembangkit listrik dikarenakan nilainya besar dan pembayaran dari pemberi proyek tergolong cepat. Selain itu, WTON juga akan menambah kapasitas produksi beton pracetak di pabrik yang berlokasi di Lampung Selatan dengan kapasitas produksi sekitar 50,000-60,000 ton per tahun.