Dukung Pertumbuhan Ekonomi, Pertamina Bakal Gencar Akuisisi Aset Migas di Luar Negeri

foto : istimewa

Pasardana.id - Guna terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, PT Pertamina (Persero) siap merealisasikan target produksi 1,9 juta barel oil equivalen per day (BOEPD) pada 2025.

Adapun langkah strategis yang dilakukan, yaitu dengan menggencarkan akuisisi aset migas di dalam dan di luar negeri.

“Untuk di luar negeri, saat ini Pertamina telah memiliki blok-blok yang berproduksi di 12 negara, tiga di antaranya yang sudah berproduksi lebih dulu, yaitu Aljazair, Irak dan Malaysia, serta tambahan tiga blok produksi di Nigeria, Tanzania dan Gabon," jelas Direktur Hulu PT Pertamina, Syamsu Alam di Cirebon, Minggu (09/4/2017).

Dijelaskan, Pertamina juga tengah menyiapkan pengelolaan delapan blok terminasi tahun 2018 yang telah diserahkan pemerintah kepada Pertamina, termasuk di dalamnya di Sanga Sanga, Kalimantan Timur dan OSES. 

Optimalisasi aset juga akan dilakukan di berbagai proyek domestik, seperti proyek PHE WMO Integration, Pengeboran Parang Nunukan, Pengeboran Randugunting, Optimalisasi peningkatan cadangan minyak (enhanced oil recovery/EOR) di sumur tua.

“Optimalisasi aset ini untuk meningkatkan produksi migas agar target perusahaan di sektor hulu tercapai," terangnya.

Lebih lanjut dijelaskan, Indonesia yang kini menduduki peringkat ke 16 negara dengan produk domestik bruto (PDB) tertinggi, yakni 941 miliar dolar AS, ditargetkan menduduki peringkat keempat pada 2050 setelah Tiongkok, Amerika Serikat dan India dengan proyeksi PDB atau gross domestic product (GDP) sebesar 15,432 miliar dolar AS.

Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut, Syamsu menilai Indonesia membutuhkan dukungan energi secara maksimal.

Meskipun demikian, Ia menilai saat ini kebutuhan energi nasional jauh lebih dari cukup. Pada 2015, produksi energi nasional 354 juta ton equivalen minyak, yang terdiri 271 juta ton batubara dan selebihnya 113 juta ton minyak, gas dan energi terbarukan.

Namun, di tengah tingginya konsumsi Migas, produksi migas nasional terus merosot, seiring makin menipisnya cadangan yang dimiliki.