Naiknya Cadangan Devisa pada Februari Dapat Melawan Kondisi Risiko Eksternal Kedepannya

foto : istimewa

Pasardana.id †Dalam paparan risetnya, Ekonom Mandiri Sekuritas, Leo Rinaldy menyebutkan, kenaikan cukup signifikan cadangan devisa Indonesia menjadi 119,9 miliar dollar AS pada Februari 2017, dapat melawan kondisi risiko dari eksternal (external headwinds) ke depannya.

"Karena levelnya sudah lebih dari kebutuhan minimum impor tiga bulan," kata Leo, dalam paparan risetnya di Jakarta, Rabu (09/3/2017).

Lebih lanjut Leo mengungkapkan, cadangan devisa yang bertambah 3 miliar dollar AS tersebut dibanding Januari 2017, disebabkan mantapnya kondisi net ekspor terutama ekspor migas, dan stabilnya nilai tukar rupiah sehingga tidak banyak membutuhkan intervensi moneter BI.

Seperti diketahui, rencana kenaikan suku bunga The Fed pada Maret ini telah mendorong pelemahan nilai tukar sejumlah mata uang regional terhadap dollar AS.

Asal tahu saja, pada perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 13350,00 per dollar Amerika, tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya setelah bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami penguatan pada kisaran 13328,00 hingga 13357,00 per dollar Amerika.

Nilai tukar rupiah bergerak stabil di tengah pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika, dimana pada perdagangan kemarin, mata uang Baht Thailand (THB) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Dollar Singapura (SGD) dan Ringgit Malaysia (MYR).

Sementara itu, analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra kapada Pasardana.id, di Jakarta, Kamis (09/3/2017) menyatakan, stabilnya nilai tukar rupiah serta meningkatnya angka cadangan devisa masih menjadi katalis positif yang mendorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Rabu, 8 Maret 2017 kemarin.

Selain itu, lanjut I Made, optimisme pelaku pasar terhadap prospek surat utang Indonesia setelah lembaga pemeringkat Japan Credit Rating Agency (JCRA) merevisi prospek surat utang Indonesia dari stabil menjadi positif juga mendorong pelaku pasar untuk melakukan akumulasi pembelian Surat Utang Negara di pasar sekunder.

“Adanya revisi outlook dari stabil menjadi positif dari tiga lembaga pemeringkat, yaitu Fitch Ratings, Moody's dan JCRA meningkatkan optimisme dari pelaku pasar bahwa lembaga pemeringakt S&P juga akan melakukan revisi terhadap peringkat utang Indonesia, terutama dari sisi kenaikan peringkat menjadi layak investasi (investment grade),†tandas I Made.