Kredit Diprediksi Tumbuh 12%

foto : istimewa

Pasardana.id - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan hanya sebesar 7%-9% sampai akhir 2016. Hal itu terpengaruh penurunan kredit valuta asing (valas) dan penguatan nilai rupiah terhadap dollar AS.

Selain itu, akibat pertumbuhan ekonomi global masih rendah. Kondisi ini membuat ekspor dan harga komoditas mengalami kejadian serupa.

"Komoditi masih belum naik dan berdampak pada bisnis di Indonesia," kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Jakarta, belum lama ini.

Pelemahan kredit juga terjadi akibat kenaikan nonperforming loan/NPL (kredit bermasalah) perbankan. Kejadian ini membuat bank bersikap hati-hati.

Bank Mandiri mengalami kenaikan NPL sektor pertambangan, manufaktur, dan transportasi. Hal ini akibat pelemahan ekonomi.

"Sektor pertambangan sebesar 3% pada Agustus 2015 naik menjadi 6,26% pada Agustus 2016, sektor manufaktur tercatat 3,5%, pada Agustus 2015 naik menjadi 5,45%, dan transportasi sebesar 2,5% pada Agustus 2015 naik menjadu 3,85% pada Agustus 2016," ucap Dendi Ramadani, Head of Industry and Regional Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Kredit diharapkan tumbuh pada 2017 didorong masuknya dana repatriasi ke Indonesia. Karena, ini meningkatkan tingkat likuiditas perbankan. Selanjutnya, bank mengucurkan dana tersebut sebagai kredit.

"Cukupnya likuiditas bank membuat pertumbuhan kredit di 2017 meningkat jadi 11%, jika asumsi pertumbuhan ekonomi pada APBN 2017 sebesar 5,1%," ujar Agus. 

Bahkan, pertumbuhan kredit bisa mencapai 12% apabila ekonomi tumbuh sebesar 5,2%. Hal ini akan dibahas dengan DPR dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.