Perbankan Indonesia 'Si Bank Malas'

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Perbankan Indonesia dinilai sebagai lazy banking (bank malas) akibat pertumbuhan kredit hanya sebesar 8,3% pada Mei 2016. Namun, pembelian besar dilakukan kepada obligasi pemerintah untuk infrastrukur seperti surat berharga negara (SBN).

Suku bunga ini lebih tinggi ketimbang deposito.

"Juni kemarin sedikit turun menjadi Rp 361,54 triliun," kata Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto di Jakarta, kemarin.

Penyebab kredit belum disalurkan kepada sektor tersebut akibat kekhawatiran kenaikan non performing loan/NPL (rasio kredit bermasalah). Angka ini mencapai 3,1% pada bulan kelima 2016.

Bank Indonesia (BI) telah menurunkan BI Rate menjadi 6,5% pada 21 Juli 2016 guna mendorong suku bunga kredit diturunkan perbankan Indonesia, Selanjutya, ini diharapkan menggairahkan pengambilan kredit oleh sektor riil.

Namun, suku bunga dasar kredit (SBDK) masih dipasang korporasi sebesar 11,04%, kredit ritel sebesar 12,01%, dan kredit mikro sebesar 14,31%.

"Pemerintah inginnya single digit bunga kredit. Tapi yang terjadi justru single digit pertumbuhan kredit," tandas Eko.