3 Faktor Ini Disebut Sebagai Penyebab Perubahan Asumsi Makro APBN-P 2016
Pasardana.id - Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, turunnya harga minyak mentah dunia yang bahkan pernah menyentuh titik terendah sejak 2003, inflasi dan nilai tukar rupiah, menjadi faktor utama yang menyebabkan perubahan asumsi makro Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2016 yang diusulkan kepada Badan Anggaran (Banggar) DPR RI.
"Dari kondisi tersebut, kemudian terjadi dampak fiskal pada pendapatan negara dan belanja negara. Pendapatan negara mengalami penurunan, baik itu yang berasal dari pajak dan bukan pajak, serta subsidi dan bunga utang yang mengalami kenaikan," jelas Bambang, dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (2/6/2016).
"Secara umum kami mengajukan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 karena ada perubahan asumsi makro mendasar dan kebutuhan belanja yang mendesak," sambung Bambang.
Meskipun demikian, Bambang optimistis asumsi pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,3 persen masih bisa tercapai dengan dukungan yang kuat dari sektor konsumsi rumah tangga.
"Belanja yang akan mendukung konsumsi kita dorong pada triwulan dua, tiga, dan empat. Ini saya yakin masih bisa diperbaiki," kata Bambang
Lebih lanjut, Bambang menjelaskan, konsumsi rumah tangga diperkirakan membaik pada kuartal berikutnya yang didukung oleh pemberian gaji 13 dan THR kepada pegawai negeri sipil maupun swasta.
"Konsumsi pemerintah juga diharapkan membaik sejalan dengan penyerapan belanja yang optimal," ujarnya.
Selain itu, kontribusi sektor investasi terhadap pertumbuhan ekonomi juga besar, karena pembangunan proyek infrastruktur telah berjalan dan realisasi paket kebijakan ekonomi mulai memberikan dampak.
"Mudah-mudahan dengan paket kebijakan yang memberikan kemudahan berinvestasi bisa meningkatkan kinerja investasi, terutama dari investor swasta," tandas Bambang.

