BI Menilai Stabilitas Makroekonomi Terus Berlanjut
Pasardana.id - Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan tingkat suku bunga acuan, BI Rate dan 7 Days Repo Rate. Penurunannya masing-masing 25 basis poin alias 0,25%, menjadi 6,5% untuk BI Rate dan 5,25% untuk 7 Days Repo Rate.
Dewan Gubernur Bank Indonesia menilai, bahwa stabilitas makroekonomi terus berlanjut, yang tercermin dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan nilai tukar yang relatif stabil.
Di bidang makroprudensial, BI telah melakukan pelonggaran kebijakan makroprudensial dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, melalui : (i) Relaksasi ketentuan Loan to Value Ratio (LTV) dan Financing to Value Ratio (FTV) kredit/pembiayaan properti untuk Rumah Tapak, Rumah Susun, dan Ruko/Rukan sebagaimana terlampir, dan (ii) Memperlonggar kredit/pembiayaan melalui mekanisme inden dengan pengaturan pencairan kredit/pembiayaan bertahap sesuai progress pembangunan untuk Rumah Tapak, Rumah Susun, dan Ruko/Rukan sampai dengan fasilitas kredit/pembiayaan kedua.
Selain itu, untuk mendorong kredit perbankan, Bank Indonesia juga menaikkan batas bawah Loan to Financing Ratio terkait Giro Wajib Minimum (GWM-LFR) dari 78% menjadi 80%, dengan batas atas tetap sebesar 92%. Ketentuan di bidang makroprudensial tersebut mulai diberlakukan pada Agustus 2016.
"Bauran kebijakan tersebut, diharapkan dapat semakin memperkuat upaya untuk meningkatkan permintaan domestik guna terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi, di tengah masih lemahnya perekonomian global," jelas Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, disela-sela acara jumpa pers di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (16/6/2016).
Menurutnya, Bank Indonesia meyakini bahwa pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial akan memperkuat kebijakan yang ditempuh Pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui penguatan stimulus pertumbuhan dan percepatan implementasi reformasi struktural.
Sementara itu, beberapa faktor turut mempengaruhi penurunan suku bunga acuan tersebut, antara lain; Pemulihan ekonomi global berlangsung lambat dan tidak merata, sementara risiko ketidakpastian di pasar keuangan global sedikit mereda; Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan II 2016 diperkirakan membaik, meskipun tidak sekuat perkiraan sebelumnya; Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus pada bulan Mei 2016, terutama didukung oleh surplus perdagangan nonmigas; Inflasi pada bulan Mei tetap terkendali dan diperkirakan akan berada pada kisaran sasaran inflasi 2016, yaitu 4±1%; dan Sistem keuangan tetap stabil dengan ketahanan sistem perbankan yang terjaga.
"Bank Indonesia memandang pelonggaran kebijakan diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan kredit, baik dari sisi penawaran maupun permintaan, guna mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan," tandasnya.

