Pernyataan BI Jadi Sentimen Positif Pasar Obligasi

foto : istimewa

Pasardana.id - Keputusan Bank Indonesia mempertahankan bunga acuan di level 6,75% dinilai tidak memberi pengaruh banyak terhadap pasar obligasi.

Keputusan Bank Indonesia yang merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia malah yang dinilai lebih berpengaruh.

"Sebetulnya BI rate tidak begitu banyak memberikan pengaruh kepada pasar obligasi. Namun pandangan BI terhadap kondisi makro ekonomi saat ini yang menjadi penggerak pasar obligasi," ucap Kepala Riset Pendapatan Tetap PT Indomitra Securities, Maximilianus Nicodemus kepada Pasardana.id, Jumat (20/5/2016).

Sejauh ini, BI memberikan target pertumbuhan yang masih relatif bisa di capai, yaitu 5% - 5,4%. Nico menyatakan, tentu hal ini menjadi berita baik karena pertumbuhan dapat dikejar di atas 5%.

Bank Indonesia pada Kamis (19/5/2016) kemarin, merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik selama tahun 2016 menjadi 5,0-5,4 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dari prediksi sebelumnya yang berada di kisaran 5,2-5,6 persen (yoy).

Alasan BI menurunkan proyeksi pertumbuhan GDP karena ternyata perlambatan ekonomi dunia masih terjadi di tiga bulan pertama tahun ini.

"Selain itu, BI juga membuka peluang pelonggaran moneter lanjutan, tetapi tetap BI akan terus memantau perkembangan dari faktor eksternal," imbuhnya.

Nico menyebutkan, justru pengaruh lebih, datang dari FOMC meeting, karena sejauh ini pasar obligasi bereaksi atas kemungkinan naiknya Fed Rate pada bulan Juni 2016 nanti. Hal ini akan memberikan potensi penurunan harga obligasi pada bulan Juni 2016 nanti.

Di tengah kemungkinan naiknya Fed Rate pada bulan Juni nanti, tentu akan meningkatkan volatilitas yang terjadi, baik bagi obligasi dan Rupiah.

Pelemahan Rupiah akan memberikan tekanan kepada pasar obligasi untuk terus melemah. Namun demikian, potensi kenaikkan Fed Rate masih di bawah 50%, sehingga para pelaku pasar dan investor dapat segera menyesuaikan portfolio mereka.

"Sisi baiknya adalah kita bisa bersiap untuk membeli obligasi di harga terendah, terutama untuk lembaga keuangan non bank yang tengah menyiapkan 20% porsi SUN dalam portoflio mereka," pungkasnya.