Industri Alami Kekurangan Pasokan Listrik
Pasardana.id - Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengakui ketersediaan listrik belum merata di Indonesia sebagai salah satu penyebab industri nasional mengalami pelambatan. Apalagi, harga listrik diakui masih tinggi ketimbang negara-negara lain berakibat penurunan daya saing dalam perekonomian nasional.
"Realisasi program kelistrikan 35.000 megawatt menjadi salah satu solusi meningkatkan pertumbuhan dan daya saing industri nasional," kata Sofyan Basir, Direktur Utama PT PLN (Persero) di Jakarta, baru-baru ini.
Pemenuhan kebutuhan listik bagi industri tidak hanya meningkatkan daya saing saja, tapi ini mendorong penanaman modal selama lima tahun. Mereka ingin kebutuhan listrik bisa dipenuhi pemerintah dengan volume dan kualitas baik.
Byar Pet
Salah satu provinsi yang mengalami masalah listrik adakah DKI Jakarta yakni kelebihan beban berakibat byar pet. Kelebihan beban terjadi di Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) dan Gardu Induk (GI), dan transmisi.
"Sebanyak 7 dari 11 GITET mengalami kelebihan beban sebesar 80%-99% yakni Cilegon, Bekasi, Cawang, Cibinong, Gandul, Kembangan, KIT Lontar," jelasnya.
Empat GITET lain masih sangat aman atau di bawah 70%, yaitu Balaraja. KIT Priok, Muara Karang, dan Depok. Jadi, Jakarta membutuhkan tambahan GITET, GI, dan transmisi baru supaya bebas dari pemadaman," jelasnya.
"Namun, penambahan infrastruktur ini sulit dilakukan akibat persoalan ditemui dalam pembebasan lahan. Karena, pemukiman penduduk padat dan harga untuk ini sangat mahal," ucapnya.
PLN bisa membeli tanah untuk keperluan tersebut dengan harga pasar bukan nilai jual objek pajak (NJOP). Jadi, harga ini bisa disesuakan dengan keinginan masyarakat.
"Untuk Jakarta sebesar 70% sudah pembebasan lahan," jelasnya.
Adapun, tanah milik Pemprov DKI Jakarta dipinjam PLN untuk pengunaan gardu dan transmisi. Perusahaan ini juga menggunakan kabel bawah tanah untuk jaringan listrik, tidak menggantung di tiang.

