Penjualan Melejit 9.758%, Kertas Basuki Rachmat Masih Rugi Rp182 Miliar
Penjualan PT Kertas Basuki Rachmat Tbk (KBRI) mencapai Rp169,73 miliar pada Januari-September 2015, melejit 9.758% dibanding Rp1,72 miliar pada periode sama 2014. Namun lonjakan penjualan tersebut tak dapat membantu perseroan keluar dari kerugian. Malahan, rugi KBRI justru semakin membengkak pada sembilan bulan 2015.
Mengutip laporan keuangan per September 2015 KBRI yang dirilis, Kamis (5/11), rugi emiten produsen kertas tersebut mencapai Rp182,31 miliar pada Januari-September 2015, membengkak hingga 775% dibanding rugi Rp20,83 miliar pada periode yang sama 2014.
Ternyata, faktor pemicu kerugian KBRI per September 2015 adalah kenaikan beban pokok penjualan dan rugi selisih kurs mata uang asing. Tercatat, beban pokok penjualan KBRI meningkat tajam 5.000% menjadi Rp178,39 miliar, dari hanya Rp3,45 miliar. Akibatnya, rugi kotor KBRI bertambah 398%, dari Rp1,73 miliar menjadi Rp8,6 miliar.
Di saat yang sama, perseroan juga harus menanggung rugi kurs sebesar Rp120 miliar, naik tajam dari periode sama sebelumnya yang hanya Rp45 juta. Sementara beban keuangan KBRI juga meningkat sebesar 290% menjadi Rp35 miliar, dari Rp9,05 miliar. Hal tersebut menyebabkan KBRI mencatat rugi sebelum pajak sebesar Rp184 miliar per September 2015, melonjak 775% dari Rp20,83 miliar per September 2014.
Seiring anjloknya kinerja keuangan, performa saham Kertas Basuki Rachmat (KBRI) di BEI juga ikut terpuruk. Pada transaksi sesi II, Kamis (5/11), saham KBRI tercatat Rp50 per unit, tidak berubah dibanding harga penutupan sehari sebelumnya. Sejak perdagangan Agustus 2015 sampai Kamis ini, saham KBRI cenderung ââÅ¡¬ÃƒÆ’‹Å“tidurââÅ¡¬ÃƒÆ’¢Ã…¾¢ di Rp50 per saham. (*)

