Akibat Penjualan Turun, Tri Banyan Tirta Merugi Rp24,09 Miliar
Perlambatan ekonomi domestik telah menyulut pelemahan daya beli konsumen. Sentimen negatif tersebut ikut berimbas terhadap kinerja PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO), paling tidak hingga sembilam bulan pertama 2015. Kondisi tersebut diperburuk oleh ketatnya persaingan di industri air minum kemasan yang berakibat anjloknya keuangan ALTO.
Kenyataan tersebut setidaknya terungkap dari laporan keuangan ALTO per September 2015 yang diumumkan, Senin (23/11). Pada Januari-September 2015, ALTO menderita rugi Rp24,09 miliar. Padahal, di periode sama 2014, perseroan masih laba Rp2,63 miliar. Kerugian tersebut, terutama karena dipicu oleh merosotnya penjualan ALTO sebesar 22,38% menjadi Rp201,67 miliar, dari Rp259,85 miliar pada periode yang sama 2014.
Memang, di saat penjualan turun, manajemen ALTO berhasil menekan beban pokok penjualan hingga berkurang 22,45% menjadi Rp127,74 miliar, dari Rp164,72 miliar per September 2014. Akan tetapi, penurunan beban pokok itu tidak otomatis mendongkrak laba perusahaan air minum dalam kemasan tersebut pada sembilan bulan pertama 2015.
Sebaliknya, laba kotor emiten beraset Rp1,188 triluun per September 2015 itu justru terpangkas sebesar 22,27% dari Rp95,13 miliar per September 2014. Adapun laba usaha ALTO juga anjlok 69,35%, dari Rp36,72 miliar mmenjadi Rp11,25 per September 2015.
Seiring penurunan kinerja keuangan, harga saham Tri Banyan Tirta (ALTO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga ikut merosot. Pada periode 2 Januari 2015-20 November 2015, harga saham ALTO turun sebesar 4,06%, dari Rp344 per unit menjadi Rp330 per unit. Pada perdagangan sesi I di BEI, Senin (23/11) saham ALTO tercatat Rp330 per unit. (*)

