Sektor Properti Komersial Diperkirakan Akan Menikmati Dampak Positif dari Perkembangan Sektor e-Commerce dan Logistik
Pasardana.id - Berbagai upaya untuk menggenjot perekonomian dalam negeri terus dilakukan oleh Pemerintahan Jokowi antara lain melalui peluncuran sejumlah kebijakan baru di bidang ekonomi (Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I - 15) dan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah.
Salah satu target pembangunan yang dilakukan pemerintah adalah untuk mewujudkan pemerataan ekonomi dimana melalui pengadaan infrastruktur diharapkan distribusi barang dan jasa menjadi lebih efisien dan efektif serta bisa menjangkau wilayah-wilayah baru yang akhirnya membuat program ekonomi pemerintah dan hasil pembangunan bisa dinikmati oleh masyarakat yang lebih luas.
Dengan semakin meningkatnya sarana infrastruktur, sektor logistik dalam negeri berpotensi mengalami perkembangan yang signifikan.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga (household consumption) diperkirakan masih akan menjadi penggerak utama perekonomian Indonesia ke depan dimana sektor perdagangan (trade) menjadi salah satu kontributor perekonomian di banyak daerah.
Seiring tuntutan perubahan jaman, sektor logistik dan perdagangan terus mengalami kemajuan dan evolusi dari tradisional ke modern dimana saat ini sistem perdagangan eletronik (e-commerce) terus berkembang dan menjadi sebuah kekuatan baru yang memicu permintaan dan dinamika di sektor lain terutama bisnis logistik modern.
Prospek kedua sektor yang saling terkait ini boleh dibilang cukup signifikan mengingat profil ekonomi Indonesia yang didukung oleh populasi yang besar, pertumbuhan kelas menengah, urbanisasi dan pembangunan infratruktur yang agresif.
Lucy Rumantir, Senior Technical Advisor Savills Indonesia mengungkapkan, sektor properti komersial diperkirakan akan menikmati dampak positif dari perkembangan di kedua sektor ini seiring dengan tumbuhnya permintaan ruang kantor (workplace) maupun fasilitas logistik (logistics facility) yang berasal dari ekspansi perusahaan-perusahaan terkait baik dari dalam maupun luar negeri.
Menurut Lucy, Indonesia yang merupakan satu-satunya negara G-20 di kawasan ASEAN memiliki potensi yang besar di sektor e-commerce.
Sektor ini, tutur Lucy, terbilang masih under-developed dimana ratio penjualan (sales volume) sektor e-commerce (B2C) hanya di kisaran 1% dari total keseluruhan penjualan ritel dalam negeri jauh lebih kecil bandingkan China dimana total e-commerce sales mencapai sekitar 23% dari total keseluruhan penjualan ritel nasional negara tersebut.
“Karena besarnya potensi pasar, banyak investor maupun perusahaan e-commerce dari luar yang tertarik untuk ekspansi ke Indonesia belakangan ini," kata Lucy di Jakarta, baru-baru ini.
Dampak dari ekspansi perusahaan e-commerce di dalam negeri juga dirasakan pada sektor perkantoran komersial di Jakarta.
Berdasarkan pengamatan Savills, perusahaan e-commerce bersama dengan perusahaan teknologi (tech companies) lainnya (misalnya fintech dan software development companies) mulai mengisi gedung-gedung perkantoran komersial, baik yang baru maupun yang lama.
Anton Sitorus, Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia menambahkan, awalnya kebanyakan dari perusahaan jenis start-up berkantor di rumah, ruko atau gedung kecil milik sendiri.
“Akan tetapi seiring ekspansi bisnis mereka, ditambah dengan masuknya suntikan dana dari pemodal besar, perusahaan e-commerce yang berkembang mulai mempertimbangkan berkantor di gedung komersial, bahkan menjadi anchor tenant contohnya Tokopedia di CWJ 2 yang akan menjadi Tokopedia Tower," kata Anton.
Sementara itu, seiring dengan pertumbuhan sektor e-commerce, permintaan untuk fasilitas logistik juga diperkirakan meningkat secara signifikan.
John Gamboa, Director di bagian Investment Savills Indonesia mengatakan bahwa perusahaan platform B2C seperti Lazada, Blibli, Berrybenka, Zalora dan JD.id diperkirakan terus memicu permintaan logistics space seiring pertumbuhan bisnis mereka.
Meski demikian, lanjut dia, saat ini kontribusi perusahaan e-commerce masih sangat rendah dibanding perusahaan layanan logistik (Logistics Space Provider atau LSP) dan perusahaan jasa pihak ketiga (Third Party Logistics atau 3PL) yaitu hanya sekitar 3% dari total logistics space.
Dengan demikian, jelas John, masih banyak sekali ruang buat pertumbuhan sektor ini ke depannya.
Walhasil, melihat perkembangan bisnis dan ekonomi secara umum yang saat ini masih belum pulih, sektor e-commerce dan logistik terbukti memperlihatkan kinerja yang positif. Hal ini harus diperhitungkan oleh para pengembang atau pemilik gedung sebagai salah satu target dan pangsa pasar ke depan, untuk mengantisipasi pergeseran tren yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

