Jangan melakukan trading pada reksa dana

foto : ilustrasi (ist)

By Ryan Filbert
@RyanFilbert

Beberapa bulan yang lalu tren untuk melakukan trading atau sebuah proses transaksi yang cepat antara menjual dan membeli marak dilakukan oleh beberapa kelompok pada instrument reksa dana.

Meski diklaim dapat memberikan sebuah hasil atau keuntungan dengan dilakukannya cara tersebut, namun mari kita pahami terlebih dahulu mengapa hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan pada reksa dana.

Reksa dana memang sebuah instrument yang likuid atau dapat dijual dan dibeli secara cepat, apabila hari ini kita melakukan pembelian maka keesokan haripun dapat kita menjualnya kembali. Oleh karena itulah salah satu keunggulan reksa dana dimana likuiditas dalam transaksi menjadi sebuah keuntungan bagi investor dalam memilih reksa dana sebagai investasi, disamping itu, reksa dana juga menetapkan sebuah nilai harga jual dan beli pada 1 harga, yaitu berpatokan pada harga Nilai Aktiva Bersih atau NAB.

Berbeda dengan saham yang memiliki nilai harga penawaran dan harga pembelian (bid dan offering) hal ini membuat terdapat selisih (spread) pada saat transaksi jual dan beli dilakukan pada saat yang sama.

Namun ada beberapa kerugian ketika kita melakukan proses transaksi cepat (berdagang atau trading) pada sebuah instrument yang memang dirancang untuk investasi jangka panjang.

Pada reksa dana terdapat fee pembelian dan penjualan, meski memang banyak produk reksa dana yang masih membebaskan fee pembelian dan fee penjualan, namun bukan berarti tidak terdapat fee lainnya yang telah dinet kan pada perhitungan NAB.

Pada perhitungan NAB yang diinformasikan setiap sore, manager investasi juga telah memperhitungkan management fee atau biaya pengelolaan dana, jelas hal ini akan dibebankan pada produk reksa dana, bila tidak darimana keuntungan atau biaya membayar manager investasi yang telah bersusah payah mengelola dana.

Bila kita membandingkan biaya transaksi pada instrument saham yang dapat dilakukan sebagai sarana berdagang maupun berinvestasi, biaya transaksi pada pembelian dan penjualan saham berkisar kurang dari 0.5% dan tidak terdapat biaya lainnya seperti managemen fee pada reksa dana.

Dalam kesehariannya, reksa dana yang kita miliki meskipun kita telah menerima berbentuk Nilai Aktiva Bersih sebenarnya bisa saja dalam sebuah kondisi sang manager investasi sedang melakukan sebuah pergantian portofolio aset di dalam reksa dana tersebut tanpa kita ketahui dengan pasti kapan hal itu dilakukan.

Sehingga bisa saja pada saat hal itu terjadi maka terjadi gejolak singkat pada perhitungan NAB akibat adanya sebuah perubahan (rebalancing portfolio) kea rah negatif.

Berbeda dengan kita membeli saham dan melakukan trading, kita telah dengan jelas memilih saham apa dan kapan kita beli, sehingga kita memiliki kendali penuh atas saham yang kita miliki.

Memang bagi orang yang awam mungkin akan lebih merasa aman dalam melakukan jual beli aktif dengan menggunakan reksa dana sebagai alat perdagangannya, namun tanpa disadari hal tersebut merupakan sebuah strategi transaksi berbiaya tinggi.

Reksa dana adalah sebuah kendaraan lengkap dengan supir pribadi yang akan mengantarkan kita ke tempat tujuan, sehingga lebih tepat sebagai sebuah kendaraan finansial untuk merencanakan keuangan dimasa depan.

Bertransaksi reksa dana dengan aktif sebagai berdagang sama seperti Anda sedang menggunakan taksi namun dengan frekuensi penggunaan begitu sering, sehingga pada akhirnya akan menyadari bahwa strategi yang dilakukan akan berbiaya sangat tinggi.

Pada suatu kondisi, manager investasi akan mengenakan biaya pembelian dan penjualan, biaya pembelian dan penjualan pada reksa dana yang sering dijadikan alat trading adalah reksa dana saham, pada umumnya hal itu masih sebatas promosi atas sebuah produk reksa dana sehingga nantinya juga akan kembali dikenakan biaya transaksi beli dan jual.

Bila memang Anda berniat transaksi aktif, maka gunakan instrument yang biasa digunakan untuk berdagang (trading).

Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksa dana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain:Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, dan Hidden Profit from The Stock Market, Bandarmology , dan Rich Investor from Growing Investment.
Di tahun 2015 Ryan Filbert menerbitkan 2 judul buku terbarunya berjudul Passive Income Strategy dan Gold Trading Revolution. Ryan Filbert juga sering memberikan edukasi dan seminar baik secara independen maupun bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK).