ANALIS MARKET (16/7/2025): Ada Potensi Peningkatan Volatilitas Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah

foto: ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, Harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup menguat pada sesi perdagangan kemarin.  

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun sebesar 5 basis poin (bp) ke level 6,12%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 3 bp ke level 6,55%.  

Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun 2 bp ke level 6,57%.  

Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range di minggu ini, yaitu di kisaran 6,54%-6,67%. 

Volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp41,1 triliun kemarin, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp16,5 triliun.

FR0104 dan FR0103 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp16,4 triliun dan Rp5,8 triliun.  

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp4,3 triliun. 

Data DJPPR menunjukkan total incoming bid pada lelang SUN kemarin mencapai Rp109,0 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SUN sebelumnya tanggal 1 Juli lalu yang mencapai Rp121,7 triliun.  

Dari kedelapan seri yang ditawarkan, Pemerintah menetapkan total amount awarded sebesar Rp32 triliun, lebih tinggi dibandingkan target indikatif Rp27 triliun. 

Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah 0,1%, bergerak dari level Rp16.250/US$ di hari Senin menjadi Rp16.267/US$ kemarin.  

Dari eksternal, Bureau of Labor Statistics melaporkan bahwa headline CPI AS meningkat sebesar 0,3% (mtm) pada Juni, lebih cepat dibandingkan angka inflasi 0,1% pada Mei, sehingga laju inflasi tahunan meningkat dari 2,4% menjadi 2,7% (yoy).  

Peningkatan bulanan terutama didorong oleh komponen perumahan (+0,2%), harga bensin (+1,0%), dan makanan (+0,3%).  

Core CPI (tidak termasuk makanan dan energi) juga meningkat 0,2% (mtm), lebih cepat dari 0,1% pada Mei, dengan inflasi inti tahunan meningkat dari 2,8% (yoy) menjadi 2,9% (yoy).  

Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif, tercermin dari lonjakan yield US Treasury (UST).  

Yield curve UST 5-tahun dan 10-tahun masing-masing meningkat sebesar 7bp menjadi 4,05% dan 4,50%.  

Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di level 75bp.  

Dalam tujuh hari terakhir, CDS 5-tahun Indonesia bergerak di terbatas di rentang 74bp hingga 75bp. 

Para market participant menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang akan diumumkan hari ini.  

Pada RDG BI sebelumnya tanggal 17-18 Juni, BI memutuskan untuk menahan BI Rate di tengah meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah, namun masih mengindikasikan ruang pemangkasan suku bunga lebih lanjut.  

Data Bloomberg menunjukkan antara 18 Juni – 15 Juli nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS berada di rentang Rp16.185 hingga Rp16.492 / US$.  

Sementara itu, Lelang SRBI tanggal 11 Juli menunjukkan tingkat suku bunga SRBI 12-bulan telah berada di level 5,87% atau 36bp lebih rendah dibandingkan levelnya pada Lelang tanggal 20 Juni lalu. 

Dengan mempertimbangkan kondisi pasar di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0042, FR0091, FR0096,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Rabu (16/7).