Ketum Kadin Indonesia Sebut Kasus Pemalakan di Cilegon Tak Sama Dengan Premanisme

Pasardana.id - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie menyebut ada miskomunikasi yang terjadi antara pengurus Kadin Cilegon ke PT Chandra Asri Alkali (CAA) sehingga muncul adegan intimidasi dan terkesan pemalakan ketika video pertemuan kedua belah pihak itu viral di media sosial.
Anindya mengatakan, pemalakan yang dilakukan pengurus Kadin Cilegon ke PT Chandra Asri Alkali (CAA) tak sama dengan kasus premanisme.
Pernyataan tersebut, kata Anindya, bukan untuk membela pengurus Kadin Cilegon yang sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian Daerah Banten itu.
“Ini sama sekali bukan pembelaan, tapi penting semua pihak melihat masalah secara utuh,” kata Anindya melalui keterangan tertulisnya, dikutip Senin (19/5).
Menurut Anindya, pengurus Kadin Cilegon dan sejumlah pengusaha lokal, pernah membuat kesepakatan dengan PT CAA untuk ikut dilibatkan dalam proyek pembangunan pabrik itu sebagai subkontraktor atau pemasok barang.
Kesepakatan ini dilakukan pada pertemuan yang berlangsung pada tanggal 22 April 2025 lalu.
Anindya melanjutkan, ketika sejumlah pengusaha lokal mengecek ke lokasi pembangunan pabrik, ternyata proses pengerjaan proyek itu sudah mulai berjalan dan tidak sesuai dengan kesepakatan awal.
“Inilah yang mendorong ketiga tersangka mendatangi kantor PT CEE pada Jumat, 9 Mei 2025,” ujarnya.
Anindya menerima proses hukum yang kini tengah berlangsung.
Dia juga sudah menonaktifkan dua pengurus Kadin Cilegon itu sebagai pembelajaran bagi seluruh anggotanya untuk tidak bermain-main dalam kasus pemalakan.
Menurut dia, kejadian di Cilegon tak bisa dianggap sebagai tindakan premanisme seperti yang dilakukan sejumlah organisasi masyarakat ke proyek-proyek industri.
“Kami mengingatkan agar faktor yang menjadi pemicu aksi yang tak menyenangkan harus diperhatikan oleh semua pelaku usaha dan penyelenggara negara. Kadin sebagai mitra pemerintah menolak dan mengutuk segala bentuk intimidasi dan kekerasan, tapi faktor pemicu perlu pula diperhatikan,” tukas Anindya.