ANALIS MARKET (10/2/2025): Ada Potensi Peningkatan Volatilitas Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah

Pasardana.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, pada sesi perdagangan hari terakhir pekan lalu (07/2), harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup lebih tinggi dibandingkan dengan level hari sebelumnya.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun sebesar 3 bp menjadi 6,61%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 3 bp menjadi 6,84%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 3 bp menjadi 6,87%.
Sedangkan volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp18,8 triliun di hari Jumat, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp26,7 triliun.
FR0103 dan FR0100 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp4,9 triliun dan Rp1,9 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp2,4 triliun.
Di sisi lain, Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan beli neto oleh investor asing sebesar Rp1,45 triliun berdasarkan data transaksi untuk periode 3-6 Februari.
Beli neto tersebut terdiri dari beli neto sebesar Rp9,14 triliun di pasar SBN, jual neto sebesar Rp3,29 triliun di pasar saham, dan jual neto sebesar Rp4,40 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Berdasarkan data setelmen per 6 Februari 2025, selama tahun 2025 nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp2,85 triliun di pasar saham, beli neto Rp10,73 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp10,44 triliun di SRBI.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS terapresiasi sebesar 0,36%, bergerak dari level Rp16.341/US$ di hari Kamis menjadi Rp16.283/US$ di hari Jumat.
Dari eksternal, per posisi Jumat (07/2), indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif, tergambar dari peningkatan yield US Treasury (UST).
Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 6bp menjadi 4,34%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 4bp menjadi 4,49%.
Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia masih bertahan di 76bp.
Secara week-over-week, yield curve UST 10-tahun turun sebesar 9bp, CDS 5-tahun Indonesia turun sebesar 1bp, dan Rupiah menguat sebesar 0,13% terhadap US$.
Sejalan dengan indikator-indikator tersebut, yield curve SUN 10-tahun mencatatkan penurunan mingguan sebesar 12bp menjadi 6,87%.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Untuk periode 10-14 Februari, BNI Sekuritas memperkirakan yield SUN 10-tahun akan bergerak di kisaran 6,76-7,04%. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0056, FR0090, FR0094, FR0052, FR0065, FR0100,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Senin (10/2).