ANALIS MARKET (24/11/2025): IHSG Diperkirakan Cenderung Mixed

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian FAC Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan akhir pekan lalu (21/11), IHSG ditutup melemah -5,56 poin (-0,07%) ke level 8.414,35.

Pelemahan IHSG tertekan saham-saham berkapitalisasi besar, seperti TLKM (-3,85%), BBRI (-0,75%0, BBNI (-1,57%), BBCA (-0,30%), & COIN (-3,76%).

Dari sisi fiskal, pendapatan negara Indonesia selama 10M25 turun -6% YoY menjadi Rp2.113 triliun, baru memenuhi sebesar 74% outlook 2025 (vs. 10M24: sebesar 80% realisasi APBN 2024).

Dari eksternal, Biro statistik tenaga kerja AS mencatat bahwa non–farm payroll pada September 2025 bertambah 119 ribu, melampaui ekspektasi konsensus yang memperkirakan penambahan sebanyak 50 ribu sekaligus menandai penambahan tertinggi dalam 5 bulan terakhir.

Sebagai catatan, sepekan terakhir IHSG berhasil menguat +0,52% dipimpin penguatan sektor Properties (+4,09%), Consumer Cyclicals (+3,82%), dan Infrastructures (+1,52%).

Sementara itu, Wall Street akhir pekan lalu ditutup menguat, seperti DJIA (+1,08%), S&P 500 (+0,98%), & Nasdaq (+0,88%).

Saham AS menguat tajam pada hari Jumat, setelah Gubernur Federal Reserve New York, John Williams, menyiratkan bahwa kebijakan moneter bisa lebih mendekati netral, memicu lonjakan peluang pemotongan suku bunga Desember menjadi hampir 70%.

Sektor komunikasi menjadi pendorong utama kenaikan awal, didorong oleh kenaikan +3,3% saham Alphabet yang terpicu oleh momentum dari model AI Gemini 3 dan rencana investasi besar di pusat data, sedangkan Meta (naik +0,9%).

Namun, seiring berjalannya sesi perdagangan, kenaikan tersebut berubah menjadi penurunan untuk sektor teknologi, terutama emiten AI terbesar seperti Nvidia yang turun -1%, Microsoft (–1,3%), Broadcom (–1,9%), AMD (–1,1%), dan Oracle (-5,7%).

Sebagai catatan, sepekan terakhir DJIA (- 1,91%), S&P 500 (-1,95%), & Nasdaq (-2,74%).

“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan cenderung mixed sembari melihat peluang window dressing di akhir tahun,” sebut analis FAC Sekuritas dalam riset Senin (24/11).