Rumor Merger Gojek-Grab dan Dampaknya Terhadap Sentimen Pasar Saham GOTO
Pasardana.id - Rumor mengenai kemungkinan merger antara Gojek dan Grab kembali menjadi perhatian publik.
Isu ini juga turut menjadi fokus pelaku pasar modal, mengingat Gojek berada dalam ekosistem GoTo Group (IDX: GOTO), perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hingga kini, baik manajemen GoTo maupun Grab belum memberikan pernyataan resmi terkait isu tersebut.
Meski masih berupa rumor, kabar potensi konsolidasi ini langsung memengaruhi sentimen perdagangan saham GOTO.
Beberapa analis menilai reaksi pasar yang muncul lebih didorong oleh persepsi dan ekspektasi investor ketimbang informasi fundamental yang jelas.
Sentimen Investor: Antara Harapan Efisiensi dan Kekhawatiran Dominasi Pasar
Investor yang optimistis melihat merger sebagai peluang efisiensi operasional.
Konsolidasi dapat mengurangi biaya kompetisi, termasuk promosi dan subsidi harga yang selama ini membebani profitabilitas perusahaan ride-hailing dan layanan pengantaran makanan.
Namun, pasar masih harus berhati-hati.
Pasalnya, Saham akan bergerak berdasarkan rumor sebelum ada kepastian.
Pelaku pasar perlu menunggu konfirmasi resmi, karena tanpa itu, kenaikan ataupun penurunan harga cenderung bersifat spekulatif.
Pergerakan Saham GOTO Masih Dipengaruhi Sentimen Jangka Pendek
Sejak rumor beredar, perdagangan saham GOTO terlihat bergerak dalam rentang yang mencerminkan respon campuran pelaku pasar.
Diketahui, dalam sebulan terakhir saham GOTO sudah naik 12,96% ke level 61, setelah sempat bertengger lama di level 55-56.
Investor jangka pendek cenderung melakukan trading berbasis sentimen, sementara investor institusi lebih menunggu kejelasan fundamental.
Pada tahap ini, reaksi pasar lebih tepat disebut sebagai penyesuaian persepsi.
Tanpa pernyataan resmi, outlook saham GOTO belum berubah secara struktural.
Potensi Dinamika Regulasi
Isu konsolidasi dua pemain besar juga dapat menarik perhatian otoritas persaingan usaha.
Jika merger terjadi, struktur pasar layanan on-demand bisa berubah signifikan.
Diketahui, regulasi persaingan usaha menjadi faktor paling penting.
Pasar yang terlalu terkonsentrasi bisa memengaruhi harga layanan, insentif mitra, dan opsi konsumen.
Ini aspek yang akan menjadi pertimbangan regulator.
Dengan demikian, bahkan jika diskusi merger terjadi, prosesnya bisa berlangsung panjang dan kompleks.
Kabar dari Istana
Sebelumnya, Menteri Sekertaris Negara atau Mensesneg Prasetyo Hadi membenarkan perusahaan transportasi daring, Grab dan GoTo, akan merger.
Menurut Prasetyo, pemerintah tengah membahas penggabungan dua perusahaan transportasi daring terbesar di Indonesia tersebut.
“Salah satunya (merger Grab dan GoTo),” kata Prasetyo Hadi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Lebih lanjut, Prasetyo menuturkan kebijakan ini merupakan penyempurnaan kebijakan ekosistem ojek online atau ojol.
Prasetyo pun mengonfirmasi bahwa Grab Indonesia yang akan membeli GoTo untuk kemudian melakukan merger.
Publik Masih Perlu Menunggu Kejelasan
Hingga tulisan ini disusun, belum terdapat konfirmasi resmi dari manajemen GoTo Group maupun Grab terkait rumor merger.
Oleh karena itu, Kami menyarankan pelaku pasar tetap mengutamakan kehati-hatian dan tidak mengambil keputusan investasi hanya berdasarkan rumor.
Pasar kini menunggu dua hal penting:
1.Pernyataan resmi dari perusahaan, dan
2.Respon regulator apabila konsolidasi benar mengarah ke tahap formal.
Sebelum itu terjadi, rumor masih akan tetap menjadi rumor.
Penulis: Harry Tanoso, Editor in Chief Pasardana.id

