Bukan Indikasi Ekonomi Memburuk, Ternyata Begini Penyebab Banyak BPR Tutup
Pasardana.id – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, bahwa pihaknya terus memonitor kondisi semua Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang masih beroperasi di Indonesia.
Menurutnya, sampai saat ini, terpantau kondisi BPR-BPR tersebut dalam kondisi sehat.
"Kami secara teliti memantau secara berkala kondisi kesehatan BPR-BPR, untuk saat ini terpantau dalam kondisi sehat, namun yang pasti, ke depan kami pun selalu siap apabila OJK menyerahkan BPR kepada LPS apabila ada BPR yang bermasalah," ujarnya, di acara Konferensi Pers Penetapan TBP Periode Mei 2024, di Jakarta, Selasa (28/5).
Meski demikian, Yudhi menilai, tutupnya beberapa BPR tersebut bukan mengindikasikan ekonomi yang memburuk.
"5 bulan terakhir ini ada 12 BPR yang tutup, hal tersebut lebih banyak dari kelemahan manajemen atau adanya tindak pidana perbankan yang dilakukan oleh para pengurus BPR," jelasnya.
Sebagai informasi, masih ada 1562 BPR/BPRS yang beroperasi di seluruh Indonesia.
Hal ini mengindikasikan masih banyak BPR yang sehat dan berperan dalam membantu perekonomian masyarakat dengan beragam inovasi produk yang menarik.
Sementara itu, Rapat Dewan Komisioner (RDK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Senin (27/5), memutuskan untuk mempertahankan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) simpanan rupiah di bank umum dan BPR serta simpanan valas di bank umum.
Sehingga saat ini, TBP simpanan rupiah pada Bank Umum ialah 4,25% dan TBP simpanan rupiah pada BPR ialah 6,75%.
Sedangkan untuk TBP simpanan valuta asing (valas) pada bank umum ialah sebesar 2,25%.
Selanjutnya, TBP tersebut akan berlaku untuk periode 1 Juni 2024 sampai 30 September 2024.