Defisit Rp1 Triliun, Akuntan Publik Ragukan Kelangsungan DEWA

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - PT Darma Henwa Tbk (IDX: DEWA) membukukan laba bersih sebesar Rp35,294 miliar pada tahun 2023, atau membaik dibanding tahun 2022 yang tercatat rugi bersih sebesar Rp248,73 miliar.

Namun, hasil itu hanya dapat mengikis defisit atau akumulasi rugi sebesar 5,9 persen secara tahunan menjadi Rp1,093 triliun pada akhir tahun 2023.

Dampaknya, akuntan publik pemeriksa laporan keuangan tahun 2023 meragukan kelangsungan usaha emiten jasa pertambangan grup bakrie itu.

Chairul Wismoyo, Akuntan Publik dari KAP Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan menyatakan ketidakpastian material yang terkait kelangsungan usaha DEWA tidak hanya disebabkan defisit, tapi kewajiban lancar telah melebihi aset lancar sebesar Rp1,391 triliun.

Rinciannya, jumlah kewajiban jangka pendek mencapai Rp4,192 triliun pada akhir 2023.

Tapi pada saat yang sama, aset lancar hanya tercatat sebesar Rp2,906 triliun.

“Kondisi tersebut mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan DEWA untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,“ tulis Chairul dalam laporan audit DEWA yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4/2024).

Sebenarnya manajemen DEWA telah menyusun langkah strategis untuk keluar dari kemelut itu.

Langkah pertama perseroan, dengan meningkatkan volume produksi batu bara.

Langkah kedua, meningkatkan efisiensi biaya operasional dengan membuka bengkel kerja sebagai pusat pemulihan alat berat dan komponen.

Langkah ketiga, menjajaki perjanjian dan melanjutkan pengembangan bisnis di luar batu bara.

Namun, manajemen mengakui rencana itu dapat berhasil tergantung dari eksistensi dari manajemen serta kondisi bisnis dan industri di masa depan DEWA saat beroperasi.

“Oleh karena itu, masih terdapat ketidakpastian material yang dapat menimbulkan keraguan signifikan atas kemampuan DEWA untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis Presiden Direktur DEWA, Teguh Boentoro pada lampiran pos kelangsungan usaha.

Padahal, Teguh melaporkan pendapatan sebesar Rp7,372 triliun pada tahun 2023.

Hasil itu tumbuh 21,1 persen dibanding tahun 2022 yang tercatat sebesar Rp6,068 triliun.

Grup Bakrie seperti Kaltim Prima Coal dan Arutmin Indonesia menyumbang 98,95 persen dari total pendapatan jasa pertambangan DEWA.

Walau beban pokok pendapatan membengkak 13,2 persen secara tahunan menjadi Rp6,86 triliun pda akhir tahun 2023.  

Tapi laba kotor tetap melonjak 6.300 persen secara tahunan menjadi Rp512,5 miliar.