ANALIS MARKET (01/10/2024) : Ada Potensi Peningkatan Volatilitas Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah
Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) menunjukkan pergerakan mixed pada sesi perdagangan di awal pekan ini.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 1 basis poin menjadi 6,14%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 1 basis poin menjadi 6,43%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 2 basis poin menjadi 6,45%.
Adapun volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp18,7 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari Jumat yang tercatat sebesar Rp21,9 triliun.
FR0100 dan FR0091 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp2,3 triliun dan Rp1,5 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,9 triliun.
Di sisi lain, data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah 0,1%, bergerak dari level Rp15.125/US$ di hari Jumat menjadi Rp15.140/US$.
Dari eksternal, pada konferensi National Association for Business Economics, US Federal Reserve Chairman Jerome Powell menyatakan bahwa the Fed tidak dalam kondisi harus memangkas suku bunga lebih cepat.
Chairman Powell menyatakan keputusan mendatang akan didasarkan pada perkembangan data ekonomi terkini.
Jika kondisi ekonomi berkembang sesuai perkiraan, Chairman Powell melihat the Fed dapat melakukan dua kali pemangkasan FFR lagi di sisa tahun 2024, dengan total pemangkasan 50 bp.
Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif bagi pasar obligasi, tercermin dari peningkatan yield US Treasury (UST).
Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 8bp menjadi 3,58%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 6bp menjadi 3,81%.
Di sisi lain, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia masih bertahan di 69bp.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia akan melaksanakan lelang SUN pada tanggal 1 Oktober 2024 dengan target indikatif sebesar Rp22 triliun dengan target maksimal Rp33 triliun.
“Melihat kondisi pasar dalam beberapa hari terakhir, kami memperkirakan total incoming bid akan berada di kisaran Rp55-85 triliun,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Selasa (01/10).
Ditambahkan, “Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas pada harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0081, FR0084, FR0085, FR0054, FR0075, FR0098, FR0050, FR0079.”