BBTN Taksir Laba Tembus Rp3 Triliun Pada Akhir 2022
Pasardana.id - PT Bank Tabungan Negara Tbk (IDX: BBTN) menaksir membukukan laba bersih sebesar Rp3 triliun sepanjang tahun 2022, atau terdapat peningkatan sebesar 7,1 persen dari konsensus analis sebelumnya yang memperkirakan laba bersih berada di kisaran Rp2,8 triliun.
Wakil Direktur BBTN, Nixon L.P Napitupulu menyatakan, aset bank diperkirakan akan tembus Rp400 triliun pada akhir tahun 2022. Sedangkan laba bersih ditaksir mencapai Rp3 triliun.
Menurut Nixon, salah satu penopang utama laba bersih adalah keberhasilan menurunkan biaya dana secara signifikan dengan memperbanyak porsi dana murah (current account saving account/CASA) melalui inovasi digital.
“Ini sejarah buat BTN, di mana efisiensi biaya dana bisa membuat aset kita di akhir tahun 2022 bakal tembus Rp400 triliun dengan penyaluran kredit mencapai Rp300 triliun," ujar Nixon kepada media beberapa waktu lalu.
Selain mengubah struktur biaya dana, lanjut dia, perbaikan fundamental juga dilakukan dengan memperbaiki kualitas kredit.
Dijelaskan, ada tiga cara yang dilakukan.
Pertama, menjual atau mengalihkan kredit macet senilai Rp1 triliun. Karena kredit macet ini berhasil dikeluarkan dari neraca, manajemen dapat menurunkan biaya pencadangan dan meningkatkan kemampuan menyalurkan kredit baru.
Kedua, kembali ke khittah sebagai bank penyalur kredit rumah. Nixon menjelaskan, manajemen belajar banyak dari kekeliruan membiayai proyek apartemen. Segmen ini bukanlah bisnis utama BBTN.
“Keahlian kami di pembiayaan rumah tapak. Potensi pasarnya bukan hanya sangat besar, juga menjanjikan margin tinggi. Yang perlu kami lakukan adalah menciptakan inovasi tapi tetap dalam konteks pembiayaan rumah tapak,” kata Nixon.
Ada beberapa inovasi yang ditempuh manajemen. Antara lain; meluncurkan KPR dengan skema rent to own untuk menggarap pasar milenial dan pasangan muda, memberikan top up loan untuk debitur hingga menyalurkan kredit berbasis ekosistem dengan menggandeng digital platform yang fokus pada pemenuhan kebutuhan rumah.
“Kita sudah puluhan tahun menyalurkan KPR dan kondisi debitur tentu terus berubah setiap waktu. Penghasilan mereka, kebutuhan dan rencana finansial lainnya. Ini tentu peluang bagus bagi kami untuk memenuhi kebutuhan finansial dengan men- top up KPR,” katanya.
Ketiga, mendigitalisasi proses pemberian KPR. Terkait hal ini, Direktur IT dan Digital BBTN, Andi Nirworto menjelaskan, digitalisasi KPR bukan hanya memangkas waktu dan memberikan kepastian kepada calon debitur, juga berhasil memenuhi keinginan nasabah masa kini.
“Milenial dan para keluarga muda sangat menginginkan KPR yang prosesnya mudah, cepat dan bisa dijangkau oleh aplikasi. Kami menjawab kebutuhan itu dan responnya sangat tinggi,” kata Andi.
Lebih lanjut Andi menjelaskan, BTN Digital Mortgage Ecosystem dirancang untuk dapat menyediakan layanan digital yang memenuhi empat aspek, yakni; living, renting, buying, dan selling.
Dengan begitu, nasabah tidak hanya mudah mencari properti dan mengajukan pinjaman, tapi juga memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk perawatan dan kebersihan hunian.
Demi menunjang fitur-fitur layanan super apps, BTN menggandeng inovator dan provider yang relevan.
“Open banking memungkinkan kita bekerja sama dengan para inovator, termasuk start up-start up yang sesuai,” katanya.
Lebih lanjut Andi menuturkan, dana yang dibelanjakan untuk mengembangkan aplikasi supper apps yang rencananya diluncurkan Februari 2023 ini tidak sampai Rp10 miliar.
Sedangkan secara keseluruhan, dengan memperhitungkan biaya infrastruktur dan keamanan, kebutuhan dana masih di bawah Rp50 miliar.
“Kita menargetkan di tahun pertama, super apps akan mendorong penambahan 1 juta pengguna baru, yang dikombinasikan dengan kenaikan 25-30 persen volume transaksi,” pungkas Andi.

