NIM Bank Calon Emiten Ini Ungguli Bank Nasional

foto : istimewa

Pasardana.id - PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Tbk atau Bank Sumut membukukan laba bersih sebesar Rp520,57 miliar dalam sembilan bulan tahun 2022, atau tumbuh 17,44 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp443,29 miliar.

Hal itu ditopang pendapatan bunga dan bagi hasil syariah sebesar Rp2,39 triliun per 30 September 2022, atau naik Rp6,68 miliar atau 0,28 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sebagai informasi, pada tahun 2021, perseroan membukukan pendapatan bunga dan bagi hasil syariah total sebesar Rp3,20 triliun.

Sementara itu, beban bunga dan bagi hasil dana Syirkah temporer per 30 September 2022 tercatat sebesar Rp566,23 miliar, atau turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp743,61 miliar.

Sehingga, Bank Sumut berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan bunga dan pendapatan syariah bersih menjadi Rp1,84 triliun per 30 September 2022, dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,65 triliun.

Dengan hasil itu, maka net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih di atas rata-rata bank daerah, bank BUMN, dan bahkan bank umum swasta nasional.

Bank Sumut, calon emiten yang siap melantai di bursa dengan kode perdagangan saham BSMT, mencatatkan margin bunga bersih sebesar 6,84 persen pada triwulan III/2022 (per 30 September 2022), naik dari 6,73 persen pada periode sama tahun 2021.

Berdasarkan Laporan Profil Industri Perbankan yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara industri, bank pembangunan daerah (BPD) mencatatkan NIM 5,8 persen per September 2022, naik dibandingkan dengan September 2021 yang mencapai 5,74 persen.

Sementara itu, rata-rata NIM bank BUMN dan bank umum swasta nasional masing-masing sebesar 5,52 persen dan 4,29 persen.

Margin bunga bersih atau NIM adalah pembagian antara pendapatan bank dari bunga dengan bunga yang diberikan kepada nasabah. NIM menjadi salah satu ukuran utama tingkat profitabilitas perbankan.

Pada saat yang sama, Bank Sumut juga terus mendorong efisiensi dalam operasional, dimana tingkat biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) pada triwulan III/2022 sebesar 75,19 persen, atau lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 77,23 persen.

OJK, dalam Statistik Perbankan Indonesia mencatat, per Agustus 2022, tingkat BOPO bank umum swasta nasional sebesar 76,69 persen, lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya 77,34 persen.

Adapun tingkat BOPO Bank Pembangunan Daerah (BPD) konvensional tercatat sebesar 75,42 persen, malah sedikit memburuk dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yang tercatat sebesar 75,38 persen.

Berdasarkan kinerja penghimpunan dana, Bank Sumut mengantongi dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp33,38 triliun hingga September 2022, atau naik 1,11 persen secara tahunan dari sebelumnya Rp33,01 triliun.

Dari sisi profitabilitas, return on equity (ROE) atau tingkat pengembalian ekuitas Bank Sumut pada triwulan IIII/2022 tercatat sebesar 17,38 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 16,10 persen.

Sementara itu, return on asset (ROA) atau tingkat pengembalian aset tercatat sebesar 2,17 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2,06 persen.

"Bank Sumut akan terus berekspansi untuk meningkatkan kinerjanya, salah satunya dengan melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO. Dana IPO itu nanti akan digunakan untuk modal kerja, salah satunya dengan ekspansi penyaluran kredit serta meningkatkan infrastruktur teknologi kita. Yang paling penting lagi, dengan IPO, proses bisnis akan makin baik,” ujar Plt Direktur Utama Bank Sumut, Hadi Sucipto kepada media beberapa waktu lalu.

Sesuai prospektus, bank daerah milik Provinsi Sumatra Utara ini telah menggelar penawaran awal atau bookbuilding sebanyak-banyaknya 2.934.798.300 lembar saham (mewakili 23 persen dari total saham Bank Sumut usai IPO) mulai Kamis (5/1/2023) hingga Rabu (18/1/2023).

Dengan nilai nominal Rp250 per saham, Bank Sumut, BPD pertama di luar Pulau Jawa yang akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia, mematok harga penawaran pada rentang harga Rp350 hingga Rp510 per saham sehingga perseroan berpotensi meraup dana Rp1,02 triliun hingga maksimal Rp1,49 triliun.