Cari Modal Kerja, Saraswanti Indoland Tawarkan 340 Juta Saham Baru

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id -  PT Saraswanti Indoland Development Tbk akan melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), dengan melepas sebanyak 340 juta lembar saham baru bernominal Rp20 per lembar saham.

Mengacu pada prospektus calon emiten pengelola hotel ini yang diunggah pada laman e-IPO, Jumat (17/6/2022), bahwa jumlah saham yang dilepas setara dengan 6,31 persen dari modal ditempatkan dan disetor.

Sebagai langkah awal, perseroan mulai hari ini (17/6), hingga tanggal 23 Juni 2022 akan melakukan penawaran awal dengan kisaran harga Rp180 hingga Rp200 per lembar saham. Sehingga dana yang akan diraup Rp61 miliar hingga Rp68 miliar.

Jika OJK menerbitkan pernyataan efektif pada tanggal 30 Juni 2022, maka bersama dengan Shinhan Sekuritas Indonesia selaku penjamin emisi efek melakukan penawaran umum pada tanggal 1 hingga 5 Juli 2022.

Bersamaan itu, perseroan juga melepas 340 juta lembar waran seri I yang dibagikan secara cuma-cuma kepada pemegang saham baru pada tanggal penjatahan, 5 Juli 2021 dengan rasio 1 saham baru mendapat 1 waran seri 1.

Setiap 1 waran itu dapat ditebus menjadi 1 saham baru dengan harga pelaksanaan Rp250 per lembar mulai tanggal 6 Januari 2022 hingga 6 Januari 2023. Jika semua pemegang waran menebus menjadi saham, maka perseroan kembali akan meraup dana sebesar Rp85 miliar.

Rencananya, seluruh dana hasil IPO dan pelaksanan waran seri I akan digunakan untuk modal kerja perseroan.

Adapun modal kerja yang dimaksud adalah terkait dengan pembayaran untuk biaya pemeliharaan MICC dan hotel, pembelian bahan baku untuk makanan dan minuman, pembelian persediaan hotel, pembayaran tenaga kerja dan utilitas, modal kerja untuk pembayaran kepada pemasok dan kontraktor dalam rangka pembangunan proyek apartemen Arjuna dan Bima serta pembangunan proyek Banyu Bening.

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2021, perseroan telah membukukan laba tahun berjalan Rp20,437 miliar, atau turun 53,8 persen dibanding tahun 2020.

Hal itu dipicu penurunan pendapatan usaha sedalam 16,9 persen secara tahunan menjadi Rp127,27 miliar.