Pertumbuhan Ekonomi Global Melambat, Sri Mulyani : Dunia Lagi Krisis Diatas Krisis

Foto : istimewa

Pasardana.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati melakukan lawatan kerja di Washington D.C, Amerika Serikat (AS) dan melakukan pertemuan dengan Managing Direktur International Monetary Fund (IMF), Kristalina Georgieva dan Director General World Trade Organization (WTO), Ngozi Okonjo-Iweala.

Dalam kesempatan tersebut, Bendahara Negara ini mengungkap beberapa hal yang didiskusikan, diantaranya; membahas perkembangan perekonomian global sebagai akibat krisis pandemi dan krisis geopolitik.

Menurut Sri Mulyani, situasi pertumbuhan ekonomi global saat ini mengalami perlambatan akibat dunia menghadapi dunia krisis di atas krisis.

"Krisis di atas krisis ini berdampak kepada risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi yang sebetulnya sudah mulai pulih di berbagai dunia dan meningkatnya risiko fiskal," jelas Sri Mulyani dikutip dari akun resmi instagramnya, Selasa (26/4/2022).

Persoalan perlambatan pertumbuhan ekonomi global, kata Sri Mulyani, menjadi buah pikiran dan perhatian di berbagai belahan dunia.

"Terutama karena dampak dan kemampuan berbagai negara dalam menangani krisis di atas krisis ini berbeda-beda," ujarnya melanjutkan.

Sri Mulyani menjelaskan, peningkatan harga pangan, harga energi, inflasi yang meningkat, dan mulainya pengetatan moneter serta meningkatnya suku bunga akan menjadi tantangan bersama di dunia.

Hal tersebut dinilai perlu membutuhkan kerja sama secara global untuk mengatasinya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, yang memperingatkan bahwa saat ini dunia telah menghadapi guncangan krisis ekonomi global yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.

"Dunia yang kita tinggali saat ini, tengah menghadapi krisis di atas krisis," ujarnya.

Pandemi Covid-19, kata Georgieva, saat ini belum berakhir. Ini karena kemungkinan adanya varian baru virus Corona bisa saja muncul atau bahkan lebih menular. Sementara daya beli masyarakat masih belum pulih sehingga tentu akan semakin melebarkan jurang antara negara kaya dan miskin.

Kedua, perang Rusia dan Ukraina juga menimbulkan gelombang kekhawatiran terhadap ekonomi di seluruh dunia. Hal tersebut tentu akan mempersulit pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 yang saat ini masih berlangsung.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, menurut Georgieva, inflasi menjadi bahaya yang sangat nyata bagi di banyak belahan negara di dunia.

"Ini adalah kemunduran besar bagi pemulihan global dalam hal ekonomi. Pertumbuhan turun dan inflasi naik. Dalam aspek kemanusiaan, pendapatan orang turun dua kali lipat," kata Georgieva.

"Krisis akibat pandemi dan perang semakin diperumit oleh fragmentasi krisis lain yang berkembang dari ekonomi dunia. Mulai dari teknologi yang berbeda, sistem pembayaran standar, dan cadangan devisa yang juga tidak sama antara satu negara dengan negara lainnya," sambungnya.