ANALIS MARKET (26/3/2021) : IHSG Berpeluang Bergerak Menguat
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Kamis, 25/03/2021 kemarin, IHSG ditutup melemah sebesar 33 poin atau sebesar 0,54% ke level 6,122. Sektor keuangan, property, perkebunan, perdagangan, aneka industri, industry konsumsi, pertambangan bergerak negatif dan menjadi kontributor pada penurunan IHSG. Sementara investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar 318 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.POWELL SI BAWEL
Bener bener, pekan ini semua perhatian hanya tertuju untuk Powell dan Yellen pemirsa. Memang minggu ini pekannya Powell dan Yellen untuk menyampaikan kesaksian, sehingga mau tidak mau, kita tentu harus tahu bagaimana tanggapan mereka terkait dengan situasi dan yang ada saat ini ditambah dengan apa yang akan mereka lakukan di masa yang akan datang. Powell mengatakan bahwa Bank Sentral The Fed sepenuhnya akan menunggu perekonomian hingga benar benar pulih sebelum dukungan stimulus moneternya di hentikan. Powell mengatakan, sebelum The Fed melihat kemajuan secara substansial lebih lanjut untuk mengejar tujuan kami, tentu kami akan terus mendukung melalui kebijakan moneter. Tapi apabila kemajuan secara substansial sudah mulai terlihat, tentu secara bertahap kami akan mengurangi jumlah pembelian obligasi dan mortgage yang akan kami beli. Dan kemudian dalam jangka waktu yang panjang, The Fed memiliki kemungkinan untuk menaikkan tingkat suku bunga. Jadi kami akan melakukan semua ini secara bertahap, dari waktu ke waktu dengan transparansi yang dimana prosesnya tentu saja dapat dilihat semua orang. Dan ketika perekonomian mulai kembali pulih sepenuhnya, tentu kami akan mulai menarik dukungan yang selama ini kami berikan selama proses pemulihan ini berlangsung. Sebagai informasi nih pemirsa, kemarin begitu terlihat bahwa The Fed lebih optimis terhadap pulihnya perekonomian mereka dan pasar tenaga kerja didukung oleh inflasi yang lebih kuat. Apalagi kalau kita lihat data ekonomi Amerika semalam, tunjangan pengangguran turun ke level terendahnya dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Tentu hal tersebut memberikan indikasi bahwa vaksinasi mulai memberikan efek yang begitu besar terhadap perekonomian, karena masyarakat Amerika sudah melakukan vaksinasi, berarti memberikan mereka kesempatan yang lebih besar untuk mulai kembali bekerja. Dan ketika mereka semua mulai kembali bekerja, tentu saja hal tersebut memberikan sebuah gambaran bahwa perekonomian sedikit demi sedikit akan kembali pulih. Sejauh ini kalau kita ingat pesan dari The Fed, sekalipun ada kenaikkan ekspektasi inflasi dalam kurun waktu 1y, namun data ketenagakerjaan dan inflasi akan tetap menjadi 2 kunci utama sebelum The Fed mengurangi pembelian obligasi dan stimulusnya. Powell sejauh ini sudah berbicara mengenai hal yang sama, dengan data yang berbeda yang justru semakin kesini Powell berbicara dengan data perekonomian yang jauh lebih baik. Pertanyaanya sederhana, apakah itu semua akan konsisten? Ataukan akan naik dan turun? Sejauh ini masyarakat Amerika yang sudah menerima vaksin sekitar 2.5 juta per hari, dan itu akan mendorong perekonomian akan lebih cepat pulih dari yang dibayangkan. Jumlah dukungan fiscal yang diterima perekonomian masih dalam jumlah yang sangat besar, dan tentu saja dukungan tersebut mendorong aktivitas masyarakat dan pemulihan ekonomi lebih besar. The Fed juga menegaskan bahwa The Fed tidak akan menaikkan tingkat suku bunga sampai situasi dan kondisi pasar ketenagakerjaan mencapai tingkat yang konsisten dengan penilaian dari The Fed, sehingga ketenagakerjaan harus mencapai titik maksimum dan inflasi meningkat menjadi 2% dan harus konsisten untuk dapat bertahan melebihi 2%. Fokusnya adalah rata rata 2% dari waktu ke waktu, jika ingin lebih tinggi atau lebih rendah dari itu, The Fed memiliki tools yang dibutuhkan untuk menggerakan inflasi kembali ke 2%. Inflasi saja bisa dikendalikan pemirsa, bukan main The Fed ini. Tidak hanya itu saja, pernyataan Powell pun mendapatkan dukungan dari Wakil Ketua Fed, Richard Clarida yang mengatakan bahwa kenaikkan harga yang terjadi saat ini hanya akan berlangsung sementara, namun akan diikuti inflasi yang kembali ke atau sedikit naik melebihi 2% pada tahun 2022 dan 2023 mendatang. Dalam perkataan yang disampaikan oleh Richard, terlihat dia begitu humble terkait dengan kekhawatiran perekonomian yang menjadi overheating atau pasar keuangan mulai menimbulkan buih. Dalam siklus ini, terlihat masih adanya lubang yang cukup besar pada pasar tenaga kerja, namun situasi dan kondisi dukungan stimulus sejauh ini masih mendukung sehingga merupakan bagian yang terpenting dalam proses pemulihan. Richard mengatakan bahwa pasar melihat ke depan, interpretasi penilaian asset dan likuditas serta modal dan leverage akan dinilai secara luas berdasarkan sejauh mana proses pemulihan akan berlangsung, dukungan fiscal yang kuat, dan proses vaksinasi yang berhasil. Masih dibutuhkan waktu yang lebih panjang untuk melihat sejauh mana aktivitas ekonomi dan lapangan kerja akan kembali ke level terbaiknya. The Fed sendiri berkomitment untuk menggunakan berbagai tools dan kebijakan untuk mendukung perekonomian sampai selesai dengan baik dan tentu saja The Fed akan memastikan bahwa pemulihan ekonomi akan menjadi kuat dan cepat dalam waktu sesingkat singkatnya.
2.MASIH BELUM TERLIHAT
Pergerakan IHSG yang cenderung dalam tekanan sejak awal pekan sejalan dengan ekspektasi perlambatan ekonomi di kuartal I dimana pengetatan aktivitas masih memberikan tekanan pada perputaran ekonomi. Menjelang rilis data manufacturing PMI dan inflasi pada pekan depan, pelaku pasar mulai berhitung dan mengantisipasi adanya risiko pertumbuhan yang berada di bawah ekspektasi. Berdasarkan konsenus yang dihimpun oleh Trading Economics, PMI Manufaktur Maret tumbuh menjadi 52 dari sebelumnya 50.9. Naiknya produktivitas pabrik dinilai menjadi penopang pertumbuhan industry manufaktur. Inflasi diproyeksikan tumbuh menjadi 1.6% YoY dari sebelumnya 1.38%. Dilain sisi Bank Indonesia juga menyampaikan pandangannya. Bank Indonesia memperkirakan adanya kenaikan inflasi pada bulan Maret 2021. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Maret 2021, inflasi diperkirakan naik sebesar 0,09% MoM. Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Maret 2021 secara tahun kalender sebesar 0,45% YTD dan secara tahunan sebesar 1,37% YoY. Kontributor Inflasi Maret 2021 sampai dengan minggu ketiga yaitu komoditas cabai rawit sebesar 0,04% MoM, bawang merah sebesar 0,03% MoM, ikan mas dan tomat masing-masing sebesar 0,01% MoM. Sementara itu, masih ada komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga memberi andil pada deflasi, seperti cabai merah dan emas perhiasan yang masing-masing turun tipis 0,03% MoM.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 6,058 – 6,239,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (26/3/2021).

