ANALIS MARKET (01/02/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Bervariatif

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jumat, 29/01/2021 lalu, IHSG ditutup melemah sebesar 117 poin atau sebesar 1.96% menjadi 5.862. Sektor keuangan, industri konsumsi, aneka industri, infrastruktur, industri dasar, property bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan perdagangan IHSG kemarin. Sementara investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar 921 miliar rupiah.

Adapun cerita di awal pekan ini akan kita awali dari;

1.SEBUAH RISALAH SEBUAH CERITA

Pemirsah, tibah tibah pada minggu lalu ada sebuah makalah yang cukup menarik yang terbit, yang dimana penulis mengatasnamakan bahwa penulis merupakan mantan pejabat senior pemerintah dengan memiliki keahlian dan pengalaman serta hubungan yang mendalam tentang China. Tujuan makalah tersebut di tulis adalah untuk membuat strategi baru untuk Pemerintahan Joe Biden dalam menghadapi China, dengan Presiden Xi sebagai focus utamanya. Pemerintahan Biden harus memberikan gambaran seperti apa pemerintahannya akan bersikap terhadap China kedepannya. Gambaran tersebut harus singkat, focus, dan tentunya setiap rencana dapat dilaksanakan. Gambaran tentang rencana tersebut harus meliputi tentang tindakan senjata nuklir, kimia, atau biologis yang dimiliki oleh China kepada Amerika atau sekutunya. Tidak hanya itu saja, Amerika juga harus memiliki sikap dan tindakan yang jelas tatkala apabila China melakukan serangan militer terhadap Taiwan atau serangan cyber terhadap infrastructure dan institusi masyarakat di Taiwan. Sejauh ini gambaran tentang sikap Amerika terhadap China tentu mengundang perhatian, karena tentu saja hal tersebut sudah memberikan sebuah petunjuk sikap apa yang akan diambil oleh Amerika terhadap China. Namun focus dari Amerika terhadap China bukanlah mengenai China secara keseluruhan, namun lebih kepada pemimpin China, yaitu Presiden Xi yang naik pada 2013 silam. Presiden Xi berhasil membuat China menjadi lebih tegas secara eksternal, namun lebih represif secara internal yang dimana Xi terus meningkatkan pembatasan pada bisnis swasta dan mendorong penguatan peran serta BUMN China. Kebangkitan China tidak lain tidak bukan karena adanya Presiden Xi dan Sekretaris Jenderalnya yang membuat China semakin berkuasa. Setiap pengambilan keputusan harus didasari dengan pemahaman dan mengubah paradigma politik serta nilai strategi dari keputusan tersebut. Setiap kebijakan yang akan diambil oleh Amerika harus berpusat pada fakta ini, karena kalua tidak, dampak setiap kebijakan tersebut tidak akan dapat dirasakan. Penulis makalah tersebut mengatakan bahwa Amerika harus memiliki strategi baru untuk menghadapi China yang dimana didalamnya tercakup 10 hal penting yang diuraikan secara detail dalam makalah tersebut, mulai dari lemahnya berbagai kementrian di Amerika, hingga harus berkoordinasi dengan sekutu Amerika agar dapat bersatu dalam menghadapi China. Setiap tindakan harus berdasarkan 4 pilar penting kekuatan Amerika. 1. Kekuatan Militer. 2. Peran Dolar sebagai mata uang cadangan global dan ujung tombak system keuangan internasional. 3. Menjadi pemimpin teknologi. 4. Nilai nilai kebebasan individu, keadilan dan supremasi hukum. Hal inilah yang menjadi pilar dalam menghadapi kekuatan China kedepannya. Kami melihat, memang ketika Presiden Xi memimpin, kekuatannya mampu memberikan pengaruh terhadap perkembangan China dan sikap China. Baik terhadap pemerintahannya sendiri maupun hubungannya dengan antar negara. Dengan visi jangka panjang, hal ini memberikan cerminan bahwa Xi akan menunjukkan bahwa Belt and Road Initiative bukanlah project diatas kertas namun juga dapat diwujudkan menjadi kenyataan. Sejauh mana visi Amerika dapat mengalahkan China, sejauh itu pula China akan selalu menjadi nomor 2. Namun apabila Amerika tidak mampu memiliki visi sebesar China, bukan tidak mungkin posisi nomor satu akan direbut oleh China dalam waktu yang tidak akan lama lagi.

2.BULAN CINTA

Pekan terakhir bulan Januari cukup menurunkan optimisme pelaku pasar dalam negeri dimana IHSG mencatatkan penurunan sebanyak 6 hari berturut – turut tanpa jeda. Sentimen terhadap perpanjangan PPKM menurunkan kepercayaan diri pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2021 ini. Selain itu, keputusan Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan menurunkan ekspektasi investor dimana ruang dari suku bunga acuan dinilai masih memiliki celah. Hal ini mengacu pada strategi Fed yang masih dovish terhadap perekonomian Amerika. Inflasi yang masih berada di bawah target menahan adanya kenaikan suku bunga acuan. Masih rendahnya inflasi dan proyeksi deficit transaksi neraca berjalan 2021 dinilai akan mendorong Bank Indonesia untuk lebih cenderung menjalankan kebijakan moneter yang akomodatif serta bauran kebijakan makroprudensial. Kami melihat suku bunga rendah saat ini masih dibutuhkan guna mendorong sector riil untuk dapat ekspansi, sehingga pemulihan ekonomi dalam negeri dapat lebih cepat terealisasi. Mengawali pekan pertama Februari kali ini investor akan terfokus pada rilis data manufacturing PMI yang diproyeksikan lebih rendah dari bulan Desember. Tidak hanya itu saja pemirsa, di bulan yang penuh cinta ini, banyak data penting yang harus kita amati, tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari berbagai belahan dunia lainnya yang akan menjadi trigger pergerakan pasar kedepannya. Mengetahui ombaknya lebih baik daripada berlayar hanya mengandalkan angin. Yuk kita mulai, dari Indonesia seperti biasa tadi kita sudah menyampaikan data Manufacturing PMI, tidak luput perhatian yang menjadi focus utamanya adalah inflasi dan inflasi inti yang kami melihat secara proyeksi justru ada potensi penurunan pada bulan January lalu. Tentu ini menjadi perhatian bersama, bahwa ternyata kenaikkan pada bulan December tidak diikuti kenaikkan pada bulan January ini. Hal ini memberikan sebuah gambaran bahwa Covid 19 masih memberikan kekhawatiran bagi pelaku pasar dan investor dalam melakukan konsumsi, sehingga masyarakat pada umumnya lebih memilih menunda konsumsi tersebut yang tentunya akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi kedepannya. Dibulan yang penuh cinta ini, yang akan menjadi focus perhatian setelah inflasi adalah data cadangan devisa yang akan diikuti oleh data pertumbuhan ekonomi kuartal ke 4 yang kami perkirakan akan berada di area negative, diikuti dengan tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 yang berada di kisaran -1.85% - -2.10%. Tentu ini menjadi sebuah gambaran memang yang tidak bisa pungkiri bahwa ternyata Covid memberikan tekanan yang cukup terasa terhadap perekonomian Indonesia. Tentu harapannya adalah bahwa di tahun 2021, perekonomian dapat mengalami rebound setidaknya berada di kisaran 4% - 4.5%, meskipun target pemerintah berada di kisaran > 4.5%. Bagi kami memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat untuk melakukan konsumsi ditengah masa pandemic merupakan salah satu hal yang seharusnya menjadi perhatian agar dapat mendorong tingkat konsumsi saat ini. Inflasi yang rendah, membuat kami semakin yakin bahwa Bank Indonesia memiliki ruang yang lebih besar untuk menurunkan tingkat suku bunga sebesar 25 – 50 bps disepanjang tahun ini. Setelah jalan jalan dari Indonesia, dari Amerika tidak kalah penting yang harus kita perhatikan adalah, PMI Manufacturing, Composite, dan Services. Ini akan menjadi tolok ukur sejauh mana perekonomian Amerika mengalami kemajuan. Factory Orders dan Durable Goods Orders juga merupakan salah satu yang dinantikan karena memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika ditambah dengan Unemployment Rate. Setelah melihat patung Liberty, kali ini kita mampir ke Eropa yang dimana ada data yang sama yaitu PMI Manufacturing, Services, dan Composite. Namun yang akan menjadi pusat perhatian adalah , Unemployment Rate serta data pertumbuhan ekonomi kuartal ke 4 serta secara tahunan. Karena Covid 19 dan Brexit memberikan tekanan terhadap perekonomian Zona Eropa, kami melihat ada kemungkinan negative yang cukup dalam terkait dengan perekonomian Eropa. Tidak hanya data pertumbuhan ekonomi, tapi data inflasi juga menjadi perhatian. Secara MoM mengalami penurunan namun secara YoY ada potensi kenaikkan. Penjualan Ritel di Eropa juga akan memberikan pengaruh terhadap pasar kedepannya. Setelah puas jalan jalan di China, kita mampir ke negeri Panda. Sama seperti beberapa negara sebelumnya, Caixin China PMI Manufacturing, Composite, dan Services akan mencuri perhatian ditambah dengan adanya data cadangan devisa. Setelah dari China, kita mampir ke Jepang yang dimana ternyata di negeri para samurai, terdapat banyak data yang kita nantikan. Data mengenai PMI juga mencuri perhatian, namun Vehicle Sales juga dapat diperhatikan. Namun yang terpenting adalah adanya informasi mengenai Current Account Deficit yang memberikan kita gambaran sejauh mana perekonomian Jepang dapat bertahan. Yap, kurang lebih kira kira itu yang akan kita nantikan, namun sebelum tour berakhir, ada pertemuan Bank Sentral India yang akan di helat pada tanggal 5 mendatang. Sejauh ini kami yakin tidak akan mengubah tingkat suku bunga yang ada saat ini, namun akan memberikan sebuah harapan.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak bervariatif dan ditradingkan pada level 5.860 – 6.072. IHSG saat ini berada di garis penentuan antara kenaikkan atau penurunan. Apapun itu, maka akan menjadi arah selanjutnya bagi IHSG,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (01/02/2021).