ANALIS MARKET (20/12/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jumat, 17/12/2021 lalu, IHSG ditutup menguat 7 poin atau +0.11% ke level 6.601. Sektor energy, industry dasar, infrastruktur, transportasi bergerak positif dan mendominasi kenaikan IHSG kemarin. Investor asing mencatatkan pembelian bersih Rp 123 miliar.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan ditradingkan pada 6.560 – 6.645,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (20/12/2021).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.SINGAPURA, APA KABAR?
Lama tak bersua, kali ini kita akan membahas sedikit tentang perekonomian Singapore yang tengah berjuang untuk kembali pulih, secepat yang mereka bisa untuk mengejar ketertinggalan mereka. Hampir 1 tahun telah berlalu sejak Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan bahwa pandemi akan berakhir, dan cahaya mulai terlihat di ujung terowongan ketika vaksin di temukan. Namun sebelum vaksin diberikan, Singapore terkena kenaikkan jumlah korban yang terinfeksi Covid 19 dengan cepat ditambah lagi adanya variant baru yang membuat perekonomian Singapore harus bertahan di tengah tekanan. Apalagi mengusung tema, hidup bersama virus, membuat jumlah kenaikkan angka terinfeksi bergerak lebih cepat. Namun sama seperti judul lagi, Badai Pasti Berlalu, begitupun dengan Covid 19 kala itu yang saat ini tengah mulai terkendali. Sayangnya, Omicron muncul menggangu prospek pemulihan ekonomi yang terjadi di Singapore. Para pembuat kebijakan di Singapore akan terlihat sibuk saat ini ditengah kenaikkan inflasi yang terjadi ditambah pemulihan ekonomi yang melambat. Pelaku pasar dan investor juga akan mencoba menerawang sejauh mana para pembuat kebijakan mampu mengatasi tantangan jangka panjang. Pembukaan kembali perekonomian Singapore lagi lagi kembali mendapatkan tantangan setelah munculnya Omicron sehingga kembali terjadi pembatasan aktivitas yang menyebabkan perekonomian Singapore akan melambat dan berada di kisaran 3% - 5% pada tahun depan. Turun dari pertumbuhan ekonomi saat ini yang berada di 7%, namun meskipun demikian prospek tetap optimis meskipun sekali lagi harus realistis. Ada ruang yang sangat besar terkait dengan vaksin booster untuk menghadapi Omicron, sehingga memberikan sebuah kesempatan untuk mengejar ketertinggalan melalui industry pariwisata yang paling merasakan dampak dari Covid 19. Tingkat pengangguran pun diprediksi mengalami penurunan menjadi 1.9% pada tahun depan, turun dari sebelumnya 2.3%. Dari sisi inflasi, Singapore terlihat lebih mampu mengendalikan hal tersebut sekalipun adanya hambatan dari rantai pasokan dan krisis energi global yang mendorong harga makanan dan listrik mengalami kenaikkan. Banyak proyeksi yang mengatakan bahwa Bank Sentral Singapore akan tetap menaikkan tingkat suku bunga pada tahun depan setelah inflasi terlihat konsisten berada di ketinggian. Inflasi inti konsisten mengikuti inflasi tahunan, ini yang membuat pergerakan inflasi menjadi terlihat menarik. Pandangan, kebijakan, dan keputusan Otoritas Moneter Singapore akan menjadi cerita yang menarik sejauh mana mereka akan mampu menstimulus perekonomian untuk menjaga proses pemulihan ekonomi, namun disatu sisi juga menjaga potensi dampak dari inflasi yang tengah mengalami kenaikkan. Pemerintah Singapore akan mencoba focus terhadap kebijakan fiscal yang dimana akan memprioritaskan pengembalian anggaran dengan kenaikkan pajak yang dimana sudah hampir 2 tahun terjadi deficit akibat Covid 19. Lho ini kurang lebih sama seperti Jepang lho, namun tentu saja perekonomian Singapore setingkat jauh lebih baik dari Jepang, lantas bagaimana dengan Jepang?
2.SEBUAH CERITA DARI JEPANG
Ada sebuah kisah yang berbeda kali ini dari antara semua Bank Sentral lainnya di seluruh dunia. Kisah itu datang dari Bank Sentral Jepang. Sementara Bank Sentral Jepang dan Inggris mengambil langkah yang aggressive untuk mulai mengurangi stimulus dan menaikkan tingkat suku bunga, Gubernur Haruhiko Kuroda dan dewannya berjalan sangat lambat, namun mereka memutuskan untuk memberikan bantuan kepada bisnis kecil yang dimana masih berjuang untuk melawan pemulihan selama 6 bulan kedepan, namun Bank Sentral Jepang akan mengurangi bantuan terhadap perusahaan besar mulai April 2022 mendatang. Dalam jumpa pers, Kuroda mengakui bahwa Bank Sentral Jepang terlihat ketinggalan sementara yang lain bergerak dengan sangat cepat. Namun meskipun Bank Sentral lainnya bergerak dengan sangat cepat, hal itu tidak akan mempengaruhi keputusan Bank Sentral Jepang. Meskipun saat ini Bank Sentral Jepang memiliki perbedaan yang mencolok dalam hal membuat keputusan, tapi Kuroda yakin bahwa saat ini masih banyak permasalahan yang belum selesai dalam pemulihan perekonomian Jepang. Kuroda mengatakan bahwa setiap negara memiliki hak untuk memutuskan kebijakan moneter mereka karena mereka ingin mencari stabilitas dalam perekonomian dan inflasi. Dan itu semua wajar apabila ada perbedaan arah. Saat ini Bank Sentral di seluruh dunia, sebagian diantaranya akan terus maju untuk melakukan normalisasi kebijakan pada tahun 2022 mendatang. Komunikasi akan menjadi hal yang sangat penting saat ini bagi Kuroda dalam kepemimpinannya, apalagi Fumio Kishida memiliki pilihan untuk mengganti Gubernur Bank Sentral. Pemilu akan dilakukan pada bulan July 2022 nanti, setelah itu siapa pemimpin Bank Sentral Jepang akan menjadi sebuah perbincangan berikutnya. Di Jepang saat ini inflasi terlihat jauh lebih lemah dibandingkan negara lain, oleh sebab itu dibutuhkan stimulus yang lebih lanjut untuk menopang perekonomian dan menjaga pemulihan untuk terus berjalan hingga akhir, apalagi Jepang saat ini tengah terfokus terhadap Covid 19 Omicron version. Bank Sentral Jepang akan memberikan insentif yang akan mendorong perbankan untuk memberikan pinjaman kepada usaha kecil yang saat ini tengah dalam keadaan rapuh akibat pandemi, oleh sebab itu Bank Sentral Jepang akan akan menyiapkan dananya. Fasilitas pinjaman itu akan diberikan hingga bulan Maret 2022 mendatang. Namun yang lebih mencengangkan adalah Bank Sentral Jepang mengatakan akan secara bertahap menurunkan kepemilikkan obligasi korporasi dan surat berhaga kembali kepada tingkat pra – pandemi sekitar 5 triliun yen atau $44 miliar mulai April 2022 mendatang. Kuroda mengatakan bahwa penarikan utang dari Perusahaan akan memakan waktu sekitar 5 tahun. Bank Sentral Jepang memberikan pernyataan yang sangat jelas bahwa inflasi mungkin belum akan terjadi di Jepang dalam waktu dekat, sehingga tampaknya pemulihan ekonomi di Jepang akan selesai jauh lebih lama. Saat ini harga kebutuhan pokok mulai mengalami kenaikkan, dan inflasi inti diperkirakan akan mengalami kenaikkan hingga 2% pada awal tahun depan. Hal ini bisa memberikan spekulasi terhadap pasar, karena ada kemungkinan Bank Sentral Jepang akan melakukan normalisasi kebijakan pada tahun depan. Meskipun kami yakin, hal itu tidak akan semudah kelihatannya pemirsa. Kuroda pun kami juga yakin bahwa dirinya memahami betul perekonomian yang saat ini terjadi di Jepang. Sekalipun inflasi atau inflasi inti mengalami kenaikkan, bukan berarti hal tersebut akan konsisten. Kunci dari inflasi selain mengalami kenaikkan adalah konsisten dalam kurun waktu tertentu, sehingga menunjukkan pemulihan ekonomi yang tidak hanya mengalami kenaikkan namun berkelanjutan, dan itu tampaknya masih jauh dari yang direncanakan. Well, yuk kita nantikan langkah selanjutnya dari Bank Sentral Jepang, bagaimana kolaborasi antara Pemerintah Jepang yang baru dengan Bank Sentral Jepang untuk mendorong perekonomian mereka menjadi lebih baik.
3.TARGET!
Pemerintah mematok target investasi sebesar Rp 1.200 triliun untuk tahun 2022 naik sebesar 33% dari target realisasi tahun 2021. kenaikan target realisasi investasi pada tahun depan berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mencapai target konsolidasi fiskal. Setelah pandemi Covid-19, kondisi fiskal dinilai dapat kembali terjaga ketika keluar dari berbagai kebijakan khusus dimana defisit anggaran diperbolehkan berada di atas 3% hingga 2023. Saat ini upaya pemerintah dalam memulihkan negara ke kondisi sebelum pandemi menjadi harapan bagi pelaku usaha, sehingga kami menilai investasi masuk merupakan solusi guna mendukung terciptanya lapangan kerja baru dan juga ekspansi bisnis. Staff Ahli Menteri Investasi menyampaikan ada empat alasan yang mendasari optimisme Kementrian Investasi dalam merealisasikan target tersebut. Pertama, realisasi investasi selama ini sudah melalui beberapa tahap, mulai dari konstruksi hingga ke tahap produksi komersial. Hal tersebut terus meningkatkan catatan realisasi investasi, karena adanya penambahan capital expenditure. Kedua, perusahaan yang sudah melakukan produksi komersial juga melakukan ekspansi, menurut Indra, di sana turut terjadi realisasi investasi. Menurutnya, membaiknya kondisi perekonomian tahun depan membuat ekspansi akan lebih gencar. Ketiga, lebih dari 100 perusahaan sudah menikmati fasilitas fiskal berupa penghapusan dan pengurangan pajak dengan nilai sekitar Rp900 triliun. Perusahaan-perusahaan itu berada dalam tahap realisasi investasi sekitar 30–70 persen, sehingga pemerintah dapat meminta lanjutan realisasi seiring dengan adanya relaksasi bagi mereka. Keempat, terdapat investasi mangkrak sekitar Rp708 triliun sejak November 2019, dan saat ini sudah terealisasi Rp550 triliun. Sisa investasi itu, menurut Indra, dapat dikejar untuk direalisasikan mulai tahun depan. Kami melihat pertumbuhan investasi diperkirakan dapat lebih tinggi pada tahun depan jika pengendalian pandemi berjalan kondusif dan tidak terjadi gelombang ketiga. Realisasi investasi dapat lebih tinggi dengan asumsi persiapan implementasi Undang-undang Cipta Kerja sudah lebih matang. Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi bulan lalu, pemerintah bersama DPR diperintahkan melakukan perbaikan dalam jangka waktu paling lama dua tahun. Jika dalam tenggang waktu tersebut tidak dilakukan perbaikan, UU Cipta kerja dinyatakan inkonstitusional permanen. Pemerintah juga perlu memastikan konsistensi implementasi UU Cipta Kerja, khususnya di daerah. Kami melihat hal seperti ini sangat menentukan kelancaran realisasi investasi. Karena itu kami harap bisa diminimalisir.

